ICISS 2014: Kembangkan Smart City sebagai Solusi Cergas Masalah Kota di Indonesia

Oleh Bayu Rian Ardiyansyah

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Kota diprediksi akan menjadi kawasan hunian bagi sebagian besar penduduk Indonesia di masa mendatang. Seiring kota yang semakin lama akan semakin membesar maka permasalahan yang dihadapi kota juga akan menjadi semakin kompleks. Untuk menjawab tantangan tersebut, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB berinisiatif mengumpulkan peneliti, pemerintah, dan industri untuk duduk bersama dalam satu forum bertajuk International Conference on ICT for Smart Society 2014 (ICISS) pada Rabu-Kamis (24-25/09/14) di Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung. Konferensi ini berfokus pada pengembangan konsep dan implementasi Smart City dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk kehidupan perkotaan yang lebih baik.
Konferensi dibuka dengan sambutan oleh Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat, CGEIT selaku ketua konferensi. Selanjutnya, Walikota Bandung Ridwan Kamil juga turut memberikan kata sambutan dengan dilanjutkan pidato pembukaan oleh Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi , Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB. "Permasalahan kota di Indonesia akan semakin kompleks, sedangkan sumber daya dan energi akan semakin terbatas. Sekarang kita perlu mencari solusi agar pembangunan kota bisa tetap berkelanjutan. Oleh karena itu, dibutuhkan implementasi Smart City sebagai solusi yang cergas, yaitu cerdas dan gegas," tutur Suhono yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.

Hari pertama konferensi membahas berbagai permasalahan yang dihadapi kota-kota di Indonesia dan pengembangan Smart City ke depan. Tema bahasan ini terbagi ke dalam empat sesi seminar yang bergantian membahas secara tuntas mengenai infrastruktur, tantangan, pemanfaatan TIK, dan perubahan sosial yang terjadi dalam mengembangkan sebuah kota menjadi Smart City. Berbagai pembicara undangan dari Belanda, Jepang, Swedia, Kanada, Perancis, dan Korea Selatan hadir untuk berbagi pengalaman dalam pengembangan Smart City yang pernah mereka lakukan. Selain itu,walikota dari beberapa kota di Indonesia dan pihak profesional dari industri dalam negeri juga hadir untuk menceritakan permasalahan yang mereka hadapi di kota masing-masing.

"Konsep Smart City bertumpu pada pemanfaatan TIK dalam pengelolaan kota yang sebenarnya berdasar pada konsep sensing (mendeteksi), understanding (memahami), dan acting (melakukan aksi). Pertanyaannya tinggal bagaimana memanfaatkan TIK tersebut agar cocok dengan kebutuhan kota masing-masing," tutur Suhono. Hal senada juga diungkapkan oleh Dany Eka Saputra, S.T., M.T. (Doktoral S3 STEI-ITB). "Pengembangan Smart City di Indonesia terkendala dua hal yaitu biaya dan sumber daya manusia untuk mengelolanya yang masih sedikit. Padahal hal ini dibutuhkan mengingat pengelolaan kota membutuhkan data yang cepat dan akurat agar para pemangku kebijakan bisa mengambil keputusan yang efektif dan efisien berdasarkan data tersebut," tutur Dany selaku ketua koordinator konferensi.

Hari kedua konferensi dilanjutkan dengan sesi paralel yang terbagi ke dalam tiga ruang yang berbeda. Pada sesi ini ada puluhan peneliti dari berbagai bidang yang mempresentasikan hasil penelitian yang telah mereka lakukan sehubungan dengan pengembangan Smart City. Masing-masing ruangan sengaja tidak dibagi ke dalam tema-tema khusus agar bisa terjadi diskusi lintas bidang. "Melalui konferensi ini, kami ingin bisa memberikan wawasan yang mendalam ke pihak-pihak yang terkait tentang apa itu Smart City. Kami juga berharap para peneliti bisa mempunyai jaringan yang lebih luas untuk bisa berkolaborasi bersama," tutup Dany.

scan for download