Punya Daya Tarik Wisata, Mahasiswa KKN Tematik ITB Merintis Pengembangan Desa Wisata Geyongan di Arjawinangun

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id — Konsep dan realisasi desa wisata sedang menjadi salah satu alternatif pengembangan wilayah pada beberapa dekade terakhir. Bukan tanpa alasan, hal ini terjadi karena pariwisata berbasis perdesaan cenderung lebih resisten terhadap berbagai intervensi dan disrupsi dari luar. Melihat peluang ini, tim KKN Tematik ITB mengadakan tema pengembangan desa wisata pada implementasi yang dilakukan di Desa Geyongan, Kecamatan Arjawinagun, Kabupaten Cirebon.

Potensi utama pengembangan Desa Wisata Geyongan adalah embung buatan dengan daya tampung air mencapai 70.400 m3. Lingkungan alam di sekitar embung masih berupa hamparan persawahan dengan lanskap alami yang menampakkan Gunung Ciremai dan perbukitan Majalengka. Laksma Satya (10320039) sebagai ketua kelompok 9 yang menangani tema Desa Wisata Geyongan menjelaskan bahwa suasana yang menenangkan saat matahari terbit dan tenggelam merupakan daya tarik utama bagi tempat ini. Gambaran awal pengembangan embung akan diarahkan menjadi tempat wisata air sekaligus perikanan lokal masyarakat. Tak hanya itu, tanah titisara milik desa yang terhampar luas di sekitar embung memiliki potensi yang besar untuk dijadikan peluang agrowisata.

“Embung Geyongan sangat indah apalagi saat sore hari. Dari potensi ini, kalau mengacu dari rencana awal, embung akan difungsikan menjadi wisata air dan keramba apung. Luasnya lahan di sekitar embung juga dapat digunakan untuk tempat agrowisata,” jelasnya.

Inzagi Suhendar (12120111) selaku penanggung jawab program desa wisata menjelaskan, gambaran pengembangan desa wisata yang direncanakan tertuang dalam masterplan. Berdasarkan masterplan tersebut, program pengembangan desa wisata yang telah dilakukan meliputi program fisik dan nonfisik.

Program fisik diwujudkan dengan pembangunan fasilitas penunjang desa wisata yaitu dua buah saung berukuran 3m x 2m, gapura, dan petunjuk jalan. Sedangkan program nonfisik difokuskan pada penanaman pola pikir dan penyadaran masyarakat terhadap peluang pengembangan desa wisata beserta pengelolaannya.

“Desa Geyongan sebenarnya sudah ada masterplan, dan kami (peserta KKN) juga ada masterplan sendiri. Jadi pengembangan akan diarahkan untuk mencapai sinergi antara masterplan desa dengan masterplan KKN berdasarkan pembangunan yang telah dilakukan, kami lakukan,” tutur Inzagi.

Rancangan awal sistem pengelolaan embung akan diserahkan kepada Karang Taruna yang bekerja sama dengan BUMDES sebagai perwakilan pemerintah desa. Elemen utama dalam pengelolaannya dibagi menjadi tiga, yaitu pemerintah desa sebagai fasilitator, swasta sebagai pemilik modal dan kolaborator, serta masyarakat umum sebagai penggerak utama. Dalam menyiapkan skema ini, peserta KKN Tematik telah memberikan penyuluhan tentang pengembangan dan pengelolaan desa wisata kepada anggota Karang Taruna dan aparat desa.


“Harapannya pengembangan desa wisata ini bisa berkelanjutan, artinya tidak hanya sesaat saat kami (Peserta KKN) ada di Desa Geyongan. Kemudian kami berharap juga dengan adanya wisata embung ini bisa memberikan dampak positif bagi warga sekitar maupun warga luar, serta dapat menjadi cikal bakal desa wisata berdasarkan pembangunan yang kami lakukan dan rencana awal yang kami susun.”

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)


scan for download