Memasyarakatkan Ilmu Astronomi Pengamatan Bulan Pada Pekan Astronomi Dunia 2022
Oleh Asep Kurnia, S. Kom
Editor Diky Purnama, S.Si.,M.Ds.
BANDUNG, itb.ac.id –Dalam rangka memperingati pekan astronomi dunia pada minggu pertama bulan Oktober 2022, Indonesian Islamic Astronomy Club (IIAC) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB, Awigakasa (Himpunan Mahasiswa Astronomi Pascasarjana) ITB, dan tujuh komunitas lain mengadakan Festival Antariksa Bandung Raya pada Minggu, 1 Oktober 2022 di Kawasan Masjid Salman ITB.
Festival regional ini diadakan bertujuan untuk mengedukasi masyarakat awam tentang ilmu astronomi yang terkenal rumit dan melangit. Acara dibagi menjadi dua sesi utama yakni seminar dan pameran astronomi. Acara ini dihadiri oleh banyak pengunjung yang begitu antusias dari berbagai kalangan.
Pada sesi sore hari diadakannya seminar, pihak penyelenggara mendatangkan pembicara astronom terkemuka di Indonesia yakni Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M. Sc. (Alumni Sarjana Astronomi ITB). Beliau merupakan Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) RI. Beliau membawakan seminar yang bertajuk “Tembuslah Langit dengan Imtaq dan Iptek”.
Selama ini ilmu astronomi karena berkaitan erat dengan fisika acapkali mendapatkan stigma ilmu yang sulit. Padahal seharusnya astronomi menjadi cabang ilmu yang menyenangkan karenanya bisa menginterpretasikan perjalanan alam semesta melalui jejak gelombang elektromagnetik dan radio di masa kini.
Sejak kemunculan manusia di muka bumi ini memang diperintahkan untuk menjadi pemimpin dunia dalam mengelola dunia dan seisinya. Akan tetapi, lagi-lagi karena keterbatasan kekuatan manusia, semua pengetahuan yang berkembang tidak lepas dari campur tangan Tuhan Yang Maha Esa. Prof. Thomas menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus menjadi alat untuk memperdalam tentang pemahaman kekuasaan Tuhan termasuk cabang ilmu astronomi.
Teori penciptaan alam semesta yang hingga saat ini dinilai paling masuk akal adalah teori Big Bang. Alam semesta ini tercipta dari ketiadaan. Hukum fisika mana pun belum berlaku saat itu hingga akhirnya terbentuk dua entitas utama yakni ruang dan waktu. Awalnya alam semesta ini terdiri atas awan-awan luar angkasa yang banyak mengandung hydrogen kemudian lama kelamaan berkondensasi membentuk benda-benda langit seperti bintang, planet, satelit, dan sebagainya.
Pada intinya alam semesta ini tercipta dengan pengelompokkan masa dengan sejarah yang panjang. Singkatnya alam semesta ini terangkum cerita dari proses penciptaan, pengembangan alam semesta, pembentukan tata surya, evolusi bumi, pengiriman air ke bumi, dan kemunculan manusia dan makhluk hidup lain.
“Dalam mempelajari ilmu apapun termasuk astronomi, kita harus selalu ingat Tuhan Yang Maha Esa dan penciptaan langit dan bumi. Pasti semuanya ada makna tersendiri. Walaupun demikian, yang paling sempurna tetap Tuhan semata,” ujar Prof. Thomas.
Setelah diselenggarakannya seminar, di malam harinya para pengunjung berkesempatan untuk melakukan pengamatan bulan secara langsung. Pengamatan bulan menggunakan empat teleskop berbagai jenis yang disediakan oleh komunitas yang terlibat. Semua pengunjung terlepas apa latar belakangnya berkesempatan untuk mengamati bulan melalui lensa teleskop dan dipandu oleh ahlinya. Langit di malam itu memang cukup mendung sehingga sesekali bulan tertutup awan. Bulan yang tampak malam itu berbentuk bulan sabit karena masih masuk awal bulan hijriah. Bulan baru dipilih sebagai objek pengamatan supaya terlihat bagian-bagian kawah bulannya.
Selain itu, terdapat juga stan pengetahuan untuk anak-anak dan forum kecil penjelasan tentang Pekan Astronomi Internasional. Para pengunjung sangat antusias mendapatkan pengalaman dan pengetahuan astronomi secara cuma-cuma yang mungkin sulit didapat di tempat lain.
Ilmu astronomi seharusnya menjadi ilmu yang menyenangkan dan bersifat inklusif untuk dinikmati oleh semua kalangan. Melalui ilmu astronomi juga kita bisa mengenal kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang begitu agungnya. Pada dasarnya semua yang ada di dunia ini tidak lain dan tidak bukan untuk terus dipelajari supaya bisa mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin/FTMD, 2020)