ITB Kembangkan Inovasi Integrasi Budidaya Tomat dan Lebah
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sistem pertanian terintegrasi adalah sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian dengan kegiatan lain untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Salah satu contohnya adalah hadirnya inovasi baru berupa pengintegrasian budidaya tomat dan lebah tanpa sengat.
Kedua makhluk hidup ini bisa melangsungkan hubungan simbiosis mutualisme. Lebah berperan untuk membantu proses penyerbukan bunga pada tanaman tomat dan karena tidak bersengat lebah-lebah ini bisa nyaman dibudidaya. Begitu juga tomat akan memberikan keuntungan bagi lebah dalam pemenuhan nutrisi koloni lebah.
Sistem pertanian terintegrasi ini menjadi daya tarik baru untuk diaplikasikan pada lahan pertanian petani karena selain mendapatkan tomat yang lebih berkualitas, ada juga produk sampingan dari sistem pengintegrasiannya dalam kasus ini lebah menghasilkan madu dan propolis.
Integrasi ini sudah dicoba diterapkan oleh Dr. M. Yusuf Abduh, M.T., bersama tim Kelompok Keilmuan Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk (KKATB) ITB melalui kerja sama dengan pertani tomat di perkebunan Cigelang milik seorang petani, Udin. Kegiatan itu dilakukan selama dua bulan supaya bisa dicermati khasiatnya.
“Sebanyak 1S koloni lebah tanpa sengat diletakkan pada salah satu lahan seluas 210 meter per segi dan juga tidak menggunakan pestisida. Untuk dapat membandingkannya, di waktu yang bersamaan diamati juga kebun dengan luas yang sama juga tanpa pestisida tidak diletakkan koloni lebah pada kawasan tersebut. Proses pengamatan lapangan dilakukan setiap dua minggu sekali untuk menghitung jumlah dan berat buah yang dihasilkan,” tulis Dr. M. Yusuf dalam Rubrik Rekacipta ITB di Media Indonesia yang terbit pada 2 November 2021.
Ia menjelaskan, hasil dari pengamatan tersebut menunjukan bahwa kebun tomat dengan lebah tanpa sengat jauh lebih produktif dibandingkan dengan kebun lain dengan luas yang sama tanpa lebah. Bahkan hasil tersebut menunjukkan kebun yang dengan lebah hampir menyamai kebun lain yang luasnya lebih besar dan diaplikasikan pestisida.
“Secara kandungan gizi, buah tomat hasil pengintegrasian memiliki kadar air serta kandungan asam dan padatan yang relatif sama dengan buah tomat pada umumnya. Walaupun demikian, buah tomat hasil integrasi memiliki lapisan tengah dinding yang lebih tebal serta kandungan likopen dan vitamin C yang lebih tinggi. Likopen bermanfaat untuk menangkal radikal dan mencegah berbagai risiko penyakit seperti jantung dan kanker. Apabila likopen dikonsumsi secara rutin bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan otak,” ucapnya.
Hasil panen tomat tersebut dikemas dan kemudian dibagikan kepada sivitas akademika di lingkungan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Sebagian yang lain diedarkan kepada mahasiswa ITB dan Jemaah Masjid Al Jabbar dalam bentuk jus tomat.
Hasil dari keberhasilan sistem integrasi ini diharapkan mampu menarik perhatian petani untuk memanfaatkan budidaya lebah tanpat sengat di perkebunannya. Hasil panen yang didapat semestinya bisa meningkatkan kesejahteraan petani karena memiliki kualitas yang tinggi dan mendapatkan produk bio lainnya.
Tulisan selengkapnya bisa dilihat pada tautan berikut ini
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin, 2020)