Menanggulangi Sampah Plastik dan Mikroplastik: Kolaborasi ITB dalam Program PICSES

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Sampah plastik saat ini sedang menjadi perhatian karena jumlahnya cukup besar dan durasi agar terurainya memerlukan waktu yang lama. The Plastics in Societies Partnership (PICSES) hadir sebagai sebuah inisiatif penting untuk mengatasi permasalahan sampah plastik dan mikroplastik. PICSES merupakan kemitraan global yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta.

Program ini merupakan kolaborasi dari berbagai multidisiplin ilmu serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Selain itu, saat ini PISCES juga telah bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves) RI dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.

PICSES juga telah meluncurkan Pusat Pencegahan Polusi Plastik yang pertama, atau Living Lab, di Banyuwangi, Jawa Timur, pada tahun 2023 lalu.

Tujuan dari kolaborasi ini adalah guna menerapkan pendekatan multidisiplin serta lebih memahami mengapa polusi plastik dapat terjadi dan bagaimana cara untuk mengintervensinya.

Banyuwangi sendiri dipilih menjadi lokasi Living Lab, karena berlokasi di Jawa Timur yang merupakan wilayah terpadat kedua di Indonesia. Selain itu, Banyuwangi pun lokasinya masih dekat dengan Bali, yang menjadi wilayah wisata popular di Indonesia. Tak heran, banyak produksi sampah berada di sana.

Melansir laman resmi Kemenkomarves, Living Lab ini merupakan inovasi baru yang ada di Indonesia. Menurut Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenkomarves, Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Banyuwangi dan Tim PISCES, Living Lab ini adalah ruang yang terbuka bagi para peneliti, pemerintah, swasta, masyarakat dan para inovator untuk berkolaborasi dalam menggodok berbagai inisiatif dan inovasi untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan pengelolaan plastik dalam siklus penuh plastik.

"Kemudian dari ekstraksi bahan baku hingga produksi, pemakaian produk dan sistem pengelolaan limbah untuk merancang rantai solusi yang saling berhubungan dalam kemitraan dengan pemerintah daerah, bisnis, dan industri," ujarnya.

Maka dari itu, perlu adanya fasilitas dalam mengatasi permasalahan sampah yang ada di area tersebut. Dalam hal ini, peneliti juga akan melihat bagaimana perilaku masyarakat selama adanya fasilitas penanganan sampah tersebut.

Dok: www.piscespartnership.org

Sebagai informasi, untuk penelitian lebih lanjut mengenai sumber pencemaran, Terdapat 20 titik yang nantinya akan dibukukan oleh PICSES.
PISCES sendiri terdiri dari enam paket kerja yang berfokus pada perbedaan pengelolaan sampah, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
WP 1 : Pemodelan dan prediksi aliran material
WP 2 : Pengukuran dan pemantauan lingkungan
WP 3 : Penilaian sosial ekonomi
WP 4 : Perubahan perilaku
WP 5 : Analisis sistem
WP 6 : Inovasi

Tim ahli dari ITB, tergabung ke dalam dua paket kerja yaitu WP 1 dan WP 6. Tim pertama meneliti permodelan dan prediksi aliran mineral untuk menerapkan pendekatan pemodelan mutakhir untuk memahami penyebab, sumber, dan jalur sampah plastik, untuk mengidentifikasi titik-titik panas dan menginformasikan intervensi.

Tim kedua meneliti mengenai inovasi dengan tujuan merancang dan menguji inovasi untuk mencegah dan mengurangi kebocoran plastik ke lingkungan dan mendorong perekonomian plastik berkelanjutan dengan adanya Living Lab.

Salah satu koordinator tim ahli dari ITB, yakni Prof. Emenda Sembiring, S.T., M.T., M.Eng.Sc., Ph.D dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, mengatakan bahwa beliau memang memiliki ketertarikan untuk menganalisis karakteristik sampah dan ingin mengeksplor lebih detail dengan apa yang telah dirumuskan serta yang dapat dipraktikan melalui Living Lab.

Tim ahli dari ITB juga mendukung program PICSES ini salah satunya dengan mengedukasi publik, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya sampah plastik dan mikroplastik. Menurut Prof. Emenda, kini semakin banyak pula mikroplastik yang berada di bawah air, dan dapat menjadi sebuah ancaman.

"Mikroplastik berasal dari sampah plastik sehingga yang dapat dilakukan adalah mengelola penggunaan plastik. Dari sisi lingkungan terdapat tiga elemen utama yaitu biodiversitas, perubahan iklim dan pencemaran. Mikroplastik akan mempengaruhi ketiga hal tersebut apabila tidak adanya pencegahan sedari dini mengenai mikroplastik," ujarnya.

Dalam menanggulangi permasalahan sampah plastik dan mikroplastik di Indonesia, keberhasilan PICSES tentunya memerlukan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak baik pemerintah, akademisi, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat luas.

“Harapannya PISCES bisa berkontribusi pada pengolahan sampah di Indonesia khususnya mengenai kebocoran sampah plastik yang ke badan air,” pungkasnya.

Reporter : Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021) dan Anggun Nindita
Dokumentasi : Arsip narasumber