Anugerah Sahabat, untuk Mereka yang Kerap Terlupakan
Oleh
Editor
Sabtu, 4 November 2005, bertempat di Taman Ganesha, diadakan sebuah acara menarik. “Anugerah Sahabat”. Anugerah Sahabat ini diadakan oleh alumni “Self Transformation” angkatan tiga. Self Transformation adalah sebuah program pelatihan yang diadakan olah Ikatan Alumni ITB. Pesertanya merupakan mahasiswa tingkat akhir maupun alumni ITB dan juga Universitas Padjajaran. Sebagai bukti kepedulian para alumniST ini, mereka mengadakan acara yang mengangkat masalah di masyarakat yang selama ini kurang mendapat perhatian. Masalah penyandang cacat akhirnya dipilih. Peserta dari acara ini adalah anak-anak tuna netra, tuna rungu dan tuna daksa. Anak-anak normal juga turut diundang.
Acara ini berisi pertunjukan kesenian , permainan dan talkshow dengan tema “Akses Pendidikan bagi para Penyandang Difable”. Pertunjukan yang ditampilkan anatara lain permainan angklung dari anak tunarungu. Dalam memainkan angklung, dirigen memakai isyarat tangan untuk memberitahu nada apa yang harus dimainkan. Selain itu, ada juga pertunjukan band dari para tunanetra. Umumnya, tuna netra memang memiliki indra pendengaran dan insting musik yang tinggi. Terbukti dari penampilan mereka yang cukup memukau. Dalam acara ini, panitia juga mengadakan permainan yang melibatkan semua peserta, baik yang cacat maupun yang normal. Untuk memupuk rasa kebersamaan.
Primus, ketua acara ini menjelaskan, tujuan acara ini adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa para penyandang cacat juga memiliki potensi diri dan berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga mereka dapat memperlihatkan potensi dan peran yang dapat diberikan dalam masyarakat. Acara ini juga memberikan wawasan kepada masyarakt mengenai pemahaman baru yang positif terhadap penyandang cacat. Selain kegiatan-kegiatan di atas, ada juga stand-stand yang menampilkan alat-alat bantu bagi para penyandang cacat dalam keseharian mereka.
Acara ini berisi pertunjukan kesenian , permainan dan talkshow dengan tema “Akses Pendidikan bagi para Penyandang Difable”. Pertunjukan yang ditampilkan anatara lain permainan angklung dari anak tunarungu. Dalam memainkan angklung, dirigen memakai isyarat tangan untuk memberitahu nada apa yang harus dimainkan. Selain itu, ada juga pertunjukan band dari para tunanetra. Umumnya, tuna netra memang memiliki indra pendengaran dan insting musik yang tinggi. Terbukti dari penampilan mereka yang cukup memukau. Dalam acara ini, panitia juga mengadakan permainan yang melibatkan semua peserta, baik yang cacat maupun yang normal. Untuk memupuk rasa kebersamaan.
Primus, ketua acara ini menjelaskan, tujuan acara ini adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa para penyandang cacat juga memiliki potensi diri dan berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga mereka dapat memperlihatkan potensi dan peran yang dapat diberikan dalam masyarakat. Acara ini juga memberikan wawasan kepada masyarakt mengenai pemahaman baru yang positif terhadap penyandang cacat. Selain kegiatan-kegiatan di atas, ada juga stand-stand yang menampilkan alat-alat bantu bagi para penyandang cacat dalam keseharian mereka.