Aruma: Menyatukan Desain dan Musik, Dua Dunia yang Saling Menghidupkan

Oleh Nattaya Syailendra - Mahasiswa Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id — Nidewi Aruman, atau akrab disapa Aruma, adalah mahasiswi Jurusan Desain Produk angkatan 2021 (DP’21), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB). Di tengah kesibukan kuliah, Aruma menjalani dua dunia yang sama-sama menuntut dedikasi tinggi, yaitu dunia akademik dan dunia musik. Di usia muda, Aruma berhasil meniti karier sebagai penyanyi profesional sekaligus mempertahankan prestasinya di bangku kuliah.

“Aku memang prioritaskan pendidikan aku,” ujar Aruma. “Aku membuat priority matrix, di mana aku bisa menulis antara kesibukan kuliah dan membagi waktu yang tepat dengan karier aku, misal di hari libur, pulang kuliah, atau di sela-sela kegiatan lain.”

Menurutnya, keseimbangan dua bidang itu bukan hanya soal waktu, tapi juga soal semangat. “Kalau nggak bermusik, aku nggak semangat desain. Dan sebaliknya, kalau nggak semangat desain, aku juga nggak semangat bermusik. Dua hal ini saling support,” tuturnya.

Bagi Aruma, musik dan desain adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dunia kampus yang penuh ide, diskusi, dan eksperimen menjadi ruang kreatif yang turut memberi inspirasi dalam proses bermusiknya.

“Kalau aku bikin karya, selalu ada support dari environment dan dari teman-teman,” katanya. “Setiap karya yang diciptakan selalu terinspirasi dari teman-teman kita sendiri, dan juga kreativitas. Makanya setiap karya yang aku buat saling terkoneksi sama teman-teman di Desain Produk.”

Kolaborasi ide dan lingkungan kampus juga kerap tercermin dalam karya-karyanya. Dalam tugas akhir di ITB, misalnya, Aruma merancang desain gitar berbahan rotan, perpaduan antara estetika desain, keberlanjutan, dan kecintaannya terhadap musik. Ia pun pernah menuturkan bahwa proyek itu menjadi simbol persinggungan antara dua dunia yang ia jalani dengan penuh cinta.

Ketika diminta menggambarkan perjalanan kuliahnya dengan satu lagu, Aruma tersenyum sebelum menyanyikan sedikit bait dari lagunya yang terbaru, berjudul Cendana. “Sebenarnya ini agak connect juga sama lagu aku yang terbaru dan kegiatan aku sekarang, yang udah lulus ITB,” ujarnya. “Lagu ini bercerita kalau sebenarnya aku masih mau stay di sini tapi aku harus udah pergi. Kayak, aduh, kayaknya aku masih pengen deh main di ITB, tapi sekarang aku sudah waktunya untuk pergi.”

Lirik pada lagu tersebut menjadi refleksi lembut tentang transisi seorang mahasiswa menuju dunia profesional, di mana kampus tak hanya meninggalkan kenangan, tapi juga membentuk karakter.

Ketika ditanya satu kata yang paling menggambarkan ITB, Aruma menjawab singkat: “Menenangkan.”

Kata sederhana itu merangkum pengalaman empat tahunnya, tentang proses belajar, dukungan teman, dan ruang eksplorasi yang diberikan ITB bagi setiap mahasiswa untuk tumbuh dengan caranya sendiri.

Perjalanan Aruma membuktikan bahwa dunia seni dan akademik dapat berjalan beriringan. Dengan manajemen waktu, tekad, dan dukungan lingkungan kampus, mahasiswa dapat menemukan titik temu antara passion dan pendidikan.

#alumni #aruma #fsrd