ASEAN Student Leader Forum 2013 : Gerakan Pemuda ASEAN untuk Hadapi Globalisasi
Oleh Akbar Syahid Rabbani
Editor Akbar Syahid Rabbani
BANDUNG, itb.ac.id - Arus globalisasi yang semakin mempengaruhi segala aspek dalam kehidupan manusia, membuat semua negara harus berbenah dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan diselenggarakannya ASEAN Student Leader Forum 2013 (ASLF 2013) di Chulalongkorn University, Thailand. Melalui tiga mahasiswa yang tergabung dalam student government (dalam hal ini Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB), yaitu Nyoman Anjani (Teknik Mesin 2009), Aranti Adriarani (Teknik Lingkungan 2009) dan Topan Ekoraharjo (Matematika 2009), ITB mengharapkan peningkatan daya saing keilmuan yang tetap berasaskan rasa cinta tanah air dapat dimulai setelah acara ASLF 2013 selesai.
Pada tahun 2015 akan ada tiga isu utama yang akan dihadapi oleh seluruh negara ASEAN, yaitu socio-cultural community, political-security community dan economic community. Tentunya sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, ITB memiliki peran besar dalam meningkatkan kualitas keilmuan para pemuda Indonesia. Dalam sambutannya, Mr. Abhisit Vejjajive yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand menyatakan bahwa pendidikan mengenai keberlangsungan ASEAN adalah salah satu cara untuk menghubungkan seluruh masyarakat ASEAN. Oleh karena itu, keterlibatan ITB dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan mengenalkan konsep kenegaraan yang berlangsung beriiringan bersama seluruh negara ASEAN lain adalah sebuah hal yang akan terus dilakukan.
Dalam keberlangsungan ASLF 2013, delegasi ITB ikut merumuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi di perguruan tinggi di seluruh ASEAN, nantinya rumusan masalah yang didapatkan ini akan disikapi dan diselesaikan bersama. Beberapa permasalahan yang muncul pada diskusi tersebut adalah; letak geogerafis yang jauh, perbedaan bahasa, perbedaan budaya, sulitnya melakukan pergerakan pemuda, krisis kreatifitas, sikap individualis yang berkembang dikalangan pemuda, kesulitan keuangan dan perbedaan pemikiran. Masalah-masalah yang terjadi di ASEAN tersebut didapatkan dari pendapat 60 mahasiswa yang menjadi student leader di perguruan tingginya masing-masing.
Sebagai seorang student leader, tentunya permasalahan yang timbul harus disikapi dengan solutif. Hal inilah yang membuat para student government, termasuk delegasi ITB, membuat solusi-solusi yang dapat diterapkan di seluruh negara ASEAN. "Melalui ASLF 2013, kami mencoba mengusulkan target global, khusunya di kawasan ASEAN, komunitas yang proaktif dan menyelesaikan masalah yang ada, visi pemimpin yang harus diiringi dengan aksi nyata dan tentunya keinginan agar negara ikut serta mendukung program-program kami, para pemuda Indonesia," kata Nyoman Anjani yang merupakan Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB 2013/2014.
Selain membicarakan masalah beserta solusinya, para peserta ASLF 2013 juga diminta membuat social project yang nantinya akan diwujudkan di kawasan ASEAN. Beberapa social project yang direncanakan oleh para peserta ASLF 2013 adalah ASA (ASEAN Alliance), ASEAN Student Exchange Program, ASEAN Youth Movement, ASEAN Centralized Framework for Youth Cooperation, ASEAN's Youth Council dan ASEAN Fair. Program-program ini tentunya akan menjadi jawaban dari masalah-masalah yang terjadi di kawasan ASEAN itu sendiri.
"Dengan permasalahan yang ada, solusi yang dihasilkan dan program yang sudah direncanakan, tentunya saya berharap bahwa para pemuda Indonesia, khususnya mahasiswa ITB harus segera bersiap-siap dalam menghadapi persaingan global yang nyata. Sudah seharusnya para pemuda Indonesia berpikiran global, tapi tetap mencintai tanah airnya sendiri," tutup Nyoman.
Dalam keberlangsungan ASLF 2013, delegasi ITB ikut merumuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi di perguruan tinggi di seluruh ASEAN, nantinya rumusan masalah yang didapatkan ini akan disikapi dan diselesaikan bersama. Beberapa permasalahan yang muncul pada diskusi tersebut adalah; letak geogerafis yang jauh, perbedaan bahasa, perbedaan budaya, sulitnya melakukan pergerakan pemuda, krisis kreatifitas, sikap individualis yang berkembang dikalangan pemuda, kesulitan keuangan dan perbedaan pemikiran. Masalah-masalah yang terjadi di ASEAN tersebut didapatkan dari pendapat 60 mahasiswa yang menjadi student leader di perguruan tingginya masing-masing.
Sebagai seorang student leader, tentunya permasalahan yang timbul harus disikapi dengan solutif. Hal inilah yang membuat para student government, termasuk delegasi ITB, membuat solusi-solusi yang dapat diterapkan di seluruh negara ASEAN. "Melalui ASLF 2013, kami mencoba mengusulkan target global, khusunya di kawasan ASEAN, komunitas yang proaktif dan menyelesaikan masalah yang ada, visi pemimpin yang harus diiringi dengan aksi nyata dan tentunya keinginan agar negara ikut serta mendukung program-program kami, para pemuda Indonesia," kata Nyoman Anjani yang merupakan Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB 2013/2014.
Selain membicarakan masalah beserta solusinya, para peserta ASLF 2013 juga diminta membuat social project yang nantinya akan diwujudkan di kawasan ASEAN. Beberapa social project yang direncanakan oleh para peserta ASLF 2013 adalah ASA (ASEAN Alliance), ASEAN Student Exchange Program, ASEAN Youth Movement, ASEAN Centralized Framework for Youth Cooperation, ASEAN's Youth Council dan ASEAN Fair. Program-program ini tentunya akan menjadi jawaban dari masalah-masalah yang terjadi di kawasan ASEAN itu sendiri.
"Dengan permasalahan yang ada, solusi yang dihasilkan dan program yang sudah direncanakan, tentunya saya berharap bahwa para pemuda Indonesia, khususnya mahasiswa ITB harus segera bersiap-siap dalam menghadapi persaingan global yang nyata. Sudah seharusnya para pemuda Indonesia berpikiran global, tapi tetap mencintai tanah airnya sendiri," tutup Nyoman.