Diskusi Akbar : “Mendongkrak World Rank ITB”

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id - Pada hari Sabtu, 10 Mei 2008 MGB (Majelis Guru Besar) ITB menggelar diskusi akbar yang bertajuk Mendongkrak World Rank ITB yang bertempat di Aula Timur. Acara tersebut dihadiri oleh kalangan pejabat rektorat, pihak fakultas/prodi maupun respon dari perwakilan mahasiswa. Hadir memeberi sambutan ialah Ketua MGB ITB dan Wakil Rektor Senior Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. Adang Surahman yang mewakili pihak rektorat. Diskusi tersebut menghadirkan lima pembicara dari lima sudut yang berbeda, yaitu Prof. Wiranto Arismunanadar dari mantan rektor ITB, Prof. Bambang Hidayat ketua AIPI ( Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Ir. Imam Taufik (Industriawan/pengusaha), Ir. Hatta Radjasa (diwakilkan oleh Amin Saputra) dari IA ITB, dan terakhir Prof. Deny Juanda Puradimadja ketua SPM (Satuan Pengawas Mutu) ITB. Diskusi ini diselenggarakan dalam rangka menyikapi posisi peringkat ITB yang dirilis berskala internasional. Pemeringkatan yang dilakukan oleh THES ( Times Higher Education Suplement) menempatkan ITB pada peringkat 369 pada tahun 2007. Hasil ini merupakan penurunan dari tahun 2006 dimana posisi ITB berada pada tingkat 258. Pemeringkatan lainnya berdasarkan survey dari Webometrics oleh CINDOC yang menempatkan ITB pada urutan 844 skala intrnasional pada tahun 2007. Secara lebih spesifik lagi, dilakukan pemeringkatan terhadap masing-masing rumpun keilmuan. Untuk rumpun humanity ITB mendapat peringkat 242 internasional, engineering and IT pada urutan 114, natural science pada urutan tertinggi nasional, sedangkan life science and biomedical ITB masih tertinggal dari UI dan UGM. Pada kenyataannya pemeringkatan universitas lebih bersifat subyektif karena tidak membedakan antara universitas umum dengan universitas spesialis seperti institut teknik sehingga hasilnya dinilai kurang relevan. Akan tetapi, mulai terjadi trademark ketika pemeringkatan tersebut menjadi salah satu visi dari universitas-universitas untuk menunjukkan eksistensi mereka sebagai pengakuan internasional. Dalam diskusi tersebut, Prof. Wiranto kembali menekankan keharmonisan beberapa aspek seperti networking, teori matematika fisika, penelitian dan pengembangan, serta usaha yang konstruktif. Hal tersebut dapat digunakan sebagai indikasi untuk menentukan lulusan yang handal. Setelah lulus, sebagai alumni diharapkan dapat menjadi alumni ‘idaman’ yang dapat menjadi Godwill Ambassadornya ITB. Ir. Imam Taufik sebagai pengusaha lebih menekankan pada softskill mahasiswa yang merupakan komponen yang sama pentingnya dengan hardskill. Amin Saputra memaparkan tentang fungsi dan peran IA ITB ssebagai kontributor dalam hal Funding (pendanaan), Jejaring, dan Endorsement (pengutamaan). Dua pembicara selanjutnya lebih melihat ITB sebagai institusi yang harus terus diperbaiki untuk mengejar target peringkaat internasional dan menuju Uiversitas Riset Standar Internassional 2010. Berbagai fakta diatas menyagarkan kita bahwa kita tidak boleh berbangga diri akan sejarah kejayaan masa lalu ITB, tetapi terus membenahi diri agar ITB dapat menjadi semakin unggul pada persaingan internasional maupun nasional. Tugas yang secara terintegrasi ini harus dilakukan bersama antara pihak rektorat, mahasiswa, dan alumni.