Electrical Engineering Expo 2009: Teknologi Elektroteknik untuk Kemajuan Bangsa

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

Electrical Engineering Event 2009BANDUNG, itb.ac.id - Electrical Engineering Expo merupakan satu dari tiga rangkaian acara Himpunan Mahasiswa Elektroteknik (HME) ITB, Electical Engineering Events 2009. Berlangsung semarak pada Rabu-Kamis (16-17/12/09) di Aula Barat ITB, kegiatan expo, selain memamerkan karya-karya mahasiswa dan finalis lomba cipta karya EEA, juga menghadirkan beberapa perusahaan dan laboratorium di bawah naungan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI).

Tema "Teknologi Elektroteknik untuk Kemajuan Bangsa" dicanangkan dengan turut membawa beberapa universitas di Indonesia. UGM dan ITS, misalnya, hadir di acara tahunan dengan membawa teknologi di ranah keelektroan. UGM menawarkan pembangkit listrik dengan memanfaatkan arus lalu lintas untuk lampu lalu lintas; ITS mempresentasikan Hybrid Solar Lighting; dan ITB mengembangkan radar penembus dinding.

Pembangkit Listrik Memanfaatkan Arus Lalu Lintas

Pembangkit Listrik Memanfaatkan Arus Lalu LintasLampu lalu lintas ini tidak lagi akan mengenal istilah "mati lampu". Meski masih berupa prototype, pembangkit listrik karya empat orang mahasiswa UGM ini memanfaatkan arus lalu lintas sebagai sumber energi.

Tekanan roda kendaraan yang melewati alat pembangkit listrik yang menyerupai polisi tidur akan memutar generator. Listrik yang dihasilkan, kemudian, akan disimpan di aki. "Aki digunakan untuk menyimpan energi listrik," ujar Gama dari teknik Fisika UGM.

Daya yang dihasilkan untuk setiap perangkat pembangkit sebesar 14 Watt. Untuk memenuhi kebutuhan 21,5 Watt setiap perangkat lampu lalu lintas, pemasangan pembangkit listrik tenaga arus lalu lintas lebih dari dua dapat memenuhi kebutuhan daya pada seperangkat lampu lalu lintas.

Pengembangan alat dengan memanfaatkan energi alternatif ini masih terus dilakukan. Efisiensi rendah sebesar 0,9% dan keterbatasan mekanik menjadi fokus tim mahasiswa tahap sarjana ini. "Kalau kendaraan lewat dengan cepat, takut merusak alat," kata Gama.

Hybrid Solar Lighting

Hybrid Solar LightingHybrid Solar Lighting memanfaatkan kolaborasi energi matahari dan listrik PLN. Tak seperti panel surya yang mengkonversikan energi matahari menjadi listrik, wakil ITS ini memanfaatkan cahaya matahari langsung sebagai sumber penerangan. Menggunakan alat kolektor cahaya matahari berbentuk parabola, sistem tersebut akan mendeteksi intensitas cahaya terbesar dari matahari. "Kolektor cahaya matahari akan bergerak mengikuti pergerakan matahari karena diatur oleh mikrokontroler," kata Ahmad Fuad, anggota tim Hybrid Solar Lighting.

Cahaya yang ditangkap kolektor, kemudian, akan dibimbing menggunakan fiber optik menuju ruangan yang membutuhkan pencahayaan. "Fiber Optik yang digunakan berbeda dengan untuk kebutuhan komunikasi," kata Fuad kepada Kantor Berita ITB.

"Sistem ini membutuhkan artificial lighting berupa cahaya dari LED," tambah Ahmad Fuad. Artificial lighting merujuk pada kemampuan LED sebagai sensor intensitas cahaya yang akurat dan presisi untuk mengontrol Pulse Width Modulation (PWM) sehingga sistem ini lebih hemat komponen dan konsumsi daya. Dengan adanya artificial lighting, kolaborasi antara cahaya dari kolektor dan LED akan berjalan dengan baik. "Jika cahaya dari kolektor kurang, cahaya dari LED akan lebih terang," ujar Fuad.

Radar Penembus Dinding

Radar Penembus DindingSTEI-ITB bekerja sama dengan International Research Center on Telecommunication and Radar (IRCTR)-TU Delft mengembangkan radar penembus dinding. "Radar ini dapat mendeteksi logam atau benda yang bahannya berbeda sama lingkungan sekitar,"ujar Chandra ditemui di stand expo.

Radar ini menggunakan teknologi Stepped Frequency Continous Wave (SFCW) yang bekerja pada frekuensi 700 - 1400 Mhz. Saat ini sedang dikembangkan metode pengindraan kompresif untuk mempercepat proses akuisisi data.

Radar buatan mahasiswa magister ITB, Tomi, ini akan memperlihatkan perubahan dari lingkungan sekitar. Disimulasikan oleh Chandra, ketika logam diletakkan di belakang tembok beton setebal 15 cm akan terlihat indikator merah pada software begitu pun sebaliknya.

Aplikasi ini ke depannya dapat dikembangkan sebagai alat pendeteksi ranjau dengan tank, deteksi personil di balik tembok, dan deteksi timbunan senjata. Di bidang eksplorasi, testing geofisika akan banyak dibantu oleh pengembangan alat ini. Selain itu, di bidang arkeologi dan forensik, alat ini juga akan mendeteksi kuburan massal dan peningggalan masa lampau.

Adela, siswi SMAN 20 Bandung, mengungkapkan kekagumannya pada peserta expo. "Kagum karena mereka dulunya siswa juga, tapi mereka udah hebat," ungkapnya.


scan for download