Guest Lecturing SBM: Strategi Telkom Memasuki Era Kompetisi (2)

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Telkom sendiri di masa lalu memang salah strategi. Pada pemerintahan lalu, Telkom bekerjasama dengan pihak asing dengan berharap adanya transfer teknologi serta pengetahuan. Kenyataan di lapangan, pihak asing tetap memegang "kartu As" teknologi mereka dan pengetahuan serta pengalaman mereka tidak cocok untuk pasar indonesia. Parahnya lagi, begitu ada krisis moneter, mereka semua hengkang. Inilah sebabnya, sekarang Telkom terpaksa membeli kembali infrastruktur Telkom. "Memang ironis," kata Garuda, "tapi daripada tidak dibeli, tidak ada pembangunan." Masalah lain yang ada dalam tubuh telkom adalah masalah generation gap. Telkom memiliki 28 ribu karyawan namun juga 25 ribu pensiunan. Enam puluh lima persen karyawan Telkom juga berada di atas 45 tahun. Ini berbeda sekali dengan anak perusahaannya Telkomsel yang rata-rata digerakkan oleh karyawan usia muda. Untuk menanggulangi berbagai tantangan itu, Telkom menciptakan pedoman "3 U's" yaitu new users, new uses dan more usage. Ini dibundel dengan servis pelanggan yang baik, perencanaan harga yang baik, dan inovasi. Telkom juga meningkatkan efisiensi, salah satunya dengan menerapkan sistem e-auction. Dengan ini, broker dan calo yang dulunya kebanjiran untung sementara harga menjadi tidak efisien, tidak terjadi lagi. Untuk meningkatkan peran produk dalam negri, dalam e-auction juga diharuskan 25% content teknologi/produk adalah teknologi/produk dalam negri. Garuda juga memahami bahwa Telkom akan segera memfokuskan diri pada pembangunan core competencenya di bidang telekomunikasi, utamanya infrastruktur dan tidak lagi mengurusi berbagai industri pendukung. Industri-industri pendukung inilah yang diharapkan akan tumbuh dari masyarakat Indonesia sendiri sehingga turut meningkatkan kesejahteraan bangsa. Contoh efisiensi lain yang diusulkan Garuda adalah sharing tower BTS. Jadi, satu menara BTS dapat digunakan oleh lebih dari satu operator. Ini akan menghemat penggunaan lahan, biaya pendirian BTS, pembangunan pelindung (shelter), dan penggunaan listrik. Kuliah yang diselengarakan di Auditorium Lt. 2 SBM ITB ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa SBM dan mahasiswa ITB dari fakultas/sekolah lain. Animo mahasiswa begitu tinggi hingga akhirnya beberapa peminat tidak diperbolehkan masuk karena kapasitas ruangan sudah berlebihan.