ITB Water Refill Station, Teknologi untuk Gaya Hidup Berkelanjutan

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung melaksanakan soft launching ITB Water Refill Station di ITB Kampus Ganesha, Selasa (17/10/2023). Stasiun isi ulang air tersebut menggunakan teknologi IGW Membran Ultrafiltrasi yang telah terdaftar untuk komersialisasi melalui Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.

IGW Membran Ultrafiltrasi merupakan teknologi filtrasi air minum berbasis membran yang menggabungkan 4 tahapan proses secara terintegrasi dalam satu alat. Tahap filtrasi utama memanfaatkan membran ultrafiltrasi hollow fiber dengan ukuran pori rata-rata 50 nm yang dilapisi dengan nanopartikel ZnO sebagai agen antibakteri. Membran ultrafiltrasi tersebut dapat memisahkan zat besi (Fe3+), koloid, mikroba, dan partikulat secara efektif.

Alat ini pun dilengkapi karbon aktif pada tahap penyaringan awal untuk menghilangkan bau, zat organik, dan sisa klorin bebas. Adapun biokeramik pada tahap pengolahan akhir digunakan untuk mengembalikan kesegaran dan mineral penting dalam air. Biokeramik ini mengandung partikel antibakteri untuk tahap desinfeksi akhir.

   

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., yang juga pencipta IGW Membran Ultrafiltrasi, menyampaikan bahwa alat tersebut bukan teknologi ultrafiltrasi biasa. Alat ini dapat digunakan untuk air PDAM maupun air tanah. Salah satu keunggulannya adalah mempertahankan kandungan mineral dalam air.

"Keuntungannya, mineralnya tetap ada. Mineral yang pasti ada itu adalah monovalen dan bivalen. Monovalen mengandum natrium dan kalsium, bivalen mengandung kalsium dan magnesium," ujarnya.

Selain itu, beliau mengatakan, hadirnya ITB Water Refill Station sebagai kampanye pengurangan botol plastik sekali pakai. "Alat ini bukan hanya untuk air minum tapi sekaligus kampanye terhadap pengurangan sampah plastik," tuturnya. Oleh karena itu, terdapat tulisan "Your Small Acts Can Change The World" di tabung stasiun isi ulang air tersebut.

Botol plastik sekali pakai dapat berdampak sangat besar dalam kelestarian lingkungan. ITB turut berkontribusi dan mengajak civitas academica dalam pengurangan sampah plastik sekali pakai dengan inovasi teknologi tersebut. Diharapkan, alat tersebut dapat mengurangi frekuensi sampah plastik tersebut.

Selain itu, inovasi teknologi ini cukup membantu mahasiswa untuk berhemat. Salah seorang mahasiswa program studi Teknik Pertambangan, Anul, mengaku sangat terbantu dengan adanya fasilitas tersebut. "Kami sebagai mahasiswa bisa hemat. Kalau beli air setiap hari kan agak lumayan. Jadi kami tinggal bawa botol dari kos terus bisa diisi di sini itu menghemat uang sekali," ujarnya.

   

Lokasi ITB Water Refill Station yang berada di area taman depan Gedung TVST pun dinilai sangat strategis. Tempat tersebut kerap dilalui maupun menjadi tempat istirahat mahasiswa. Hal ini diakuinya memudahkan mahasiswa menjadi lebih sehat karena lebih mudah mendapatkan air minum secara langsung.

Sementara itu, Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, LPPM ITB, Deny Willy Junaidy, S.Sn., M.T., Ph.D., mengatakan, ITB Water Refill Station didanai melalui program pengabdian masyarakat dengan skema top-down dari LPPM ITB.

"Dananya dari LPPM, dana pengabdian masyarakat top-down yang dikerjakan oleh Dosen Desain Produk FSRD ITB atas nama Pak Slamet Riyadi, S.Ds., M.Ds., Ph.D. beserta tim," ujarnya.

Beliau mengatakan, ke depannya akan dibuat dua produk serupa yang akan ditempatkan di ITB Kampus Jatinangor dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank Tabungan Negara (BTN).

Sebagai langkah mendukung kesadaran lingkungan dan mempromosikan gaya hidup berkelanjutan, penerapan water refill station di lingkungan kampus menjadi bukti nyata bahwa ITB berkomitmen untuk berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik dan melindungi lingkungan untuk masa depan yang lebih baik.