Jawab Tantangan Zaman, IA-ITB Resmikan Ikatan Alumni Termuda
Oleh Muhammad Arief Ardiansyah
Editor Muhammad Arief Ardiansyah
BANDUNG, itb.ac.id – Ikatan Alumni Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air (IA TPSDA ITB) resmi terbentuk setelah diresmikan oleh Wakil Ketua IA-ITB Ir. Dwi Larso MSIE, Ph.D pada Jum’at (06/04/18). Peresmian yang berlangsung di GSG Labtek 1 Kampus ITB Ganesha ini turut dihadiri oleh Ketua Program Studi S1 TPSDA ITB Dhemi Harlan Ph.D, Senat Akademik ITB Prof. Indratmo Sekarno, Ph.D, para alumni, dosen, serta perwakilan mahasiswa dari program studi S1 TPSDA ITB. Acara tersebut sekaligus melantik Novaldy Agnial Fikri, ST. (Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air 2013) dan kawan-kawan sebagai Ketua dan Pengurus dari Ikatan Alumni termuda yang dimiliki oleh ITB saat ini.
Bermula dari Tingginya Kebutuhan akan Sarjana Teknik Air
di Indonesia
Program Studi S1 Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air
sendiri baru terbentuk pada tahun 2012. Akan tetapi tingginya kebutuhan akan Sarjana
Teknik Air rupanya membuat lulusan dari program studi ini begitu dicari dan
amat cepat terserap di berbagai sektor pasca-kampus. Kondisi ini secara
gamblang dijelaskan oleh Prof. Indratmo Soekarno, Ph.D selaku Senat Akademik ITB
sekaligus inisiator program studi TPSDA ITB dalam sambutannya di awal acara
ini.
“Negara ini masih sangat membutuhkan insinyur tenaga air.
(Diantaranya) untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, dan energi. Tantangan
akan banjir juga semakin besar, (disamping) abrasi pada pantai, sedimentasi
muara, hingga persoalan rawa-rawa,” tutur Prof. Indratmo. “Sayangnya
pembangunan air di Indonesia masih mahal. Padahal proyek di dunia yang paling
mahal adalah proyek-proyek air,” ungkap Guru Besar dari FTSL ini.
Prof. Indratmo mencontohkan pembangunan Three Gorges Dam di
Cina yang merupakan bendungan terbesar di dunia. “Bendungan itu (Three
Gorges Dam) dibangun dengan memindahkan tempat tinggal 1.5 juta jiwa,
menggunakan material beton dan baja paling banyak sedunia serta menghabiskan
tak kurang dari 22 GW listrik,” jelas Prof. Indratmo. “(Oleh karena itu), tugas
dari para Sarjana Teknik Air ini adalah bagaimana mampu membangun fasilitas-fasilitas
air di Indonesia dengan teknologi material yang tersedia,” ujar alumni ITB
angkatan 1983 ini.
Beliau juga mencontohkan beberapa persoalan riil yang terjadi hari ini seperti permasalahan Giant Seawood, kekuarangan air baku di Jakarta, hingga banjir di sungai-sungai besar seperti Citarum, Bengawan Solo, dan Ciliwung. “Kita memiliki berbagai persoalan dimana kita harus menanganinya dengan pembuatan waduk. (Maka dari itu) profesi bidang air (ini) adalah profesi yang sangat menantang,” tutup Prof. Indratmo.
IA TPSDA ITB: Bersiap Menjawab Tantangan
Angkatan pertama dari program studi ini pun memberanikan
diri menjawab tantangan besar tersebut dengan segera membentuk Ikatan Alumni
begitu mereka lulus dari kampus. Dipimpin oleh Novaldy Agnial Fikri (Teknik dan
Pengelolaan Sumber Daya Air 2013), kepengurusan pertama IA TPSDA ITB periode
2018 – 2021 pun resmi terbentuk dengan jumlah pengurus sebanyak 6 orang. Mereka
siap mengoordinir 31 orang alumni TPSDA ITB yang telah tercetak untuk
bersama-sama meningkatkan kualitas diri agar dapat menyelesaikan satu demi satu
permasalahan keairan yang ada di Indonesia. “Pekerjaan tentang keairan tidak
akan pernah habis. Maka dari itu kita harus memiliki daya saing yang tinggi,”
ungkap Novaldy dengan penuh optimisme.
Program Studi TPSDA ITB sendiri juga terus melakukan
perbaikan. Diantaranya dengan menciptakan kurikulum yang baik, menyediakan
tenaga pengajar yang handal serta fasilitas laboratorium yang lengkap agar
dapat mencetak Sarjana Teknik Air yang unggul sesuai kebutuhan zaman. Tak lupa
almamater dari IA TPSDA ITB ini menyampaikan dukungan dan harapan besarnya pada
Ikatan Alumni yang baru saja terbentuk. “Semoga (IA TPSDA ITB) mampu memajukan
bidang keprofesian sumber daya air dan ikut berkontribusi dalam pembangunan
(fasilitas keairan) di seluruh Indonesia,” tutup Dhemi Harlan Ph.D sekaligus
menutup acara.