Kiat-Kiat Membangun Startup Lewat Talkshow Virtual E-Fest PMWxTOP ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Seiring semakin banyaknya usia produktif di Indonesia, sehingga membuat kebutuhan akan lapangan kerja pun terus bertambah. Talkshow Virtual Entrepreneurship Festival PMWxTOP ITB diselenggarakan dengan harapan mampu membekali mahasiswa ITB sebagai generasi muda potensial untuk menjadi seorang entrepreneur yang dapat membuka lapangan kerja.
Talkshow virtual tersebut dihelat oleh Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dari ITB Career Center berkolaborasi dengan Technopreneurship Orientation Program (TOP) dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.
Narasumber talkshow, Arizky Iriawansyah selaku Micro Banking Cluster Manager Bank Mandiri, mengungkapkan bahwa hal terpenting dari membangun startup adalah ketekunan dan kesabaran. “Semua itu berawal dari visi, dituangkan melalui inovasi dan misi-misinya seperti apa, dan terakhir adalah konsisten dengan apa yang sudah dia tuangkan,” ujarnya Sabtu (5/6/2021).
Dalam hal modal usaha, seorang entrepreneur dapat mengajukan pembiayaan kepada pihak bank. Namun, mereka perlu mengetahui dengan pasti segala hal mengenai produk yang hendak dijual serta memiliki laporan keuangan perusahaan yang jelas. Arizky menyarankan kepada para pelaku usaha agar uang perusahaan jangan sampai tercampur dengan milik pribadi. Selain itu, perusahaan juga harus tahu kapan harus mengambil keuntungan besar dan kapan tidak. Alihkan keuntungan untuk membangun usaha.
“Maka dari itu, teman-teman harus bisa membuat produk (yang) di-continue-kan ke dalam aplikasi sehari-hari. Kalau memang sekarang lagi gak bagus, berarti kita harus ada inovasi lagi,” jelasnya.
Pembicara selanjutnya adalah Terry Djony, founder dari Chatbiz; startup pelayanan chatbot B2B melalui WhatsApp. Ia merupakan mahasiswa Teknik Fisika ITB 2016 yang akhirnya mempelajari ranah informatika serta bisnis dan manajemen karena rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk mencari tantangan baru. Menurutnya, kita perlu mencari informasi sebanyak mungkin untuk memvalidasi ide yang kita miliki sebelum merealisasikannya.
“Membuat startup itu paling bagus dari personal problem atau problem dari tim, keluarga, atau kerabat dekat. Untuk yang paling penting (dilakukan) pertama itu selain deploy product, kalian harus deploy analytics juga supaya tahu pengukurannya gimana; kayak berapa banyak daily active user, monthly recurring revenue, dll,” sambungnya.
Ia juga menceritakan bahwa perusahaan pengguna Chatbiz pertama datang dari salah satu mentornya di Greaterhub SBM ITB. Maka dari itu, ia menekankan untuk membangun network sebanyak-banyaknya sehingga kita dapat bertemu dengan orang-orang yang memiliki mindset yang sama dengan kita.
“There are many supportive and good people di Indonesia juga dunia. Jadi teman-teman jangan stop untuk hustle, jangan stop untuk mencari berbagai kemungkinan yang ada,” ujarnya.
Cerita lain yang tak kalah menarik datang dari CEO Indismart yaitu Ardyka Perdana Putra. Perusahaan yang bergerak di bidang IT ini sempat mengalami kerugian selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2018-2019. Setelah merubah strategi bisnis, akhirnya Indismart dapat bangkit, bertahan, hingga meraih profit di tengah kondisi pandemi pada tahun 2020. Ia menyatakan bahwa untuk berada di posisi sekarang, hal utama yang paling dibutuhkan adalah visi perusahaan yang jelas, komitmen, tim yang solid, hingga budaya kerja yang baik.
“Tren-tren teknologi yang terjadi, tren-tren market yang terjadi, jangan sampai itu men-distract kita dari tujuan utama kita karena godaan akan selalu ada. Tetap fokus, tetap semangat, Insya Allah pasti ada jalan,” pesan Ardyka menutup pemaparannya.
Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)