Mampukah Indonesia Terapkan Paradigma Ekonomi Sirkular dan Sustainability untuk Industri Kimia?
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar webinar “Circular Economy dan Sustainability untuk Industri Kimia” dalam rangka memperingati 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia. Webinar berlangsung secara daring pada Sabtu (24/7/2021) melalui platform YouTube Live dan Zoom. ITB menghadirkan narasumber ahli berikut Dr.Ir. Tirto Prakoso Brodjonegoro, Ir. Muh. Kayam, M.T., IPU., Dr.Ir. Amalia Dininggar, M.Sc., M.Eng. sebagai panelis.
Prof.Ir. Tjandra Setiadi, M.Eng., Ph.D., pembicara pertama, membahas ekonomi sirkular untuk mendukung industri kimia yang berkelanjutan. Guru Besar Teknik Kimia ITB ini menekankan ekonomi sirkular sebagai sesuatu yang besar dan dapat mengubah paradigma yang sebelumnya terbiasa dengan konsep ekonomi yang linear. Sumber daya alam di planet ini terbatas dan tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan manusia. Oleh karena itu, tantangannya adalah mengajak industri untuk bisa memperpanjang daur hidup dari suatu bahan atau produk sehingga dapat digunakan terus-menerus.
Perkembangan konsep ekonomi sirkular di Indonesia memiliki hambatan, seperti sistem pendidikan yang belum mengarah kepada konsep ini padahal ekonomi sirkular dapat mencapai sustainability development goals (SDG).
“Harus berubah dari produk, proses, dan sistem bisnisnya supaya mendukung sustainability yang mencakup tiga komponen, yatu ekonomi, lingkungan, dan sosial,” jelas Prof. Tjandra.
Selain hambatan, perkembangan ekonomi sirkular juga membutuhkan data mass balance dari bahan yang lengkap. Data ini digunakan untuk memetakan peluang bisnis dan kreasi dari spent resources (bahan sumber daya alam yang telah digunakan). Tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah biaya, upaya pemanfaatakan limbah industri, kompleksitas teknologi, dan inovasi dalam pengembangannya.
Ir. Achmad Gunawan Widjaksono, MAS. Menjelaskan pengelolaan limbah B3 dan non-B3 lebih lanjut. Ir. Gunawan mengungkapkan bahwa saat ini ada 114 buah definisi dari konsep ekonomi sirkular. Definisi-definisi tersebut mengerucut kepada empat aspek, yaitu economic prosperty, followed by environment quality, its impact on social equity, dan future generation. Secara singkat, pendefinisian ini terintegrasi menjadi satu untuk generasi yang akan datang.
Terdapat pula 12 prinsip green engineering yang perlu diterapkan untuk mencapai efisiensi, kesejahteraan masyarakat, dan lingkungan yang terjaga. Dari 12 prinsip ini, poin yang perlu digarisbawahi adalah design of separation karena energi yang dibutuhkan saat proses pemisahan dalam sebuah industri sangat besar. Itu membutuhkan alternatif cara agar energi yang dibutuhkan bisa seminimalnya.
“Pemanfaatan limbah adalah prinsip. Pemerintah mendorong untuk memanfaatkan limbah bukan ditimbun. Kita akan fasilitasi semaksimalnya sehingga limbah bisa dimanfaatkan,” tegas Ir. Gunawan.
Hal terpenting dari pengolahan limbah adalah standar yang baku. Jika belum ada standarnya, harus dilakukan penelitian agar bisa menciptakan sebuah standardisasi. Menurut Ir. Gunawan, penerapan ekonomi sirkular adalah keharusan saat ini dan pada masa mendatang. Perguruan tinggi sebaiknya memasukkan konsep ini kepada kurikulum pendidikannya.
Ir. Dwiwahyu Haryo Suryo, EVP dan Chief Supply Chain Officer PT Paragon Technology and Innovation, kemudian melanjutkan pembahasan. Ir. Haryo mengawalinya dengan menceritakan perkembangan PT Paragon Technology and Innovation beserta visi perusahaan yang mendukung sustainability. Berdasarkan 6 mega consumer trends tahun 2021, tren yang paling menonjol adalah sustainability. Tantangan ini harus dijawab dengan inovasi. Ini bukan hal yang mudah karena adanya faktor lain yang mempengaruhi, yaitu affordability. Barang-barang yang berkonsep keberlanjutan memang cenderung mahal. Oleh karena itu, perlu perencanaan matang serta kolaborasi dengan pihak lainnya.
Haryo mengungkapkan bahwa isu terbesar saat ini adalah post-consumer use. Permasalahan terkait plastik memang sudah banyak diperbincangkan. Satu hal yang harus diselesaikan bersama-sama adalah rethinking plastic: new plasctic economy. Dimulai dengan keputusan dalam memiliki bahan, kemudian desainnya, hingga kerja sama dengan berbagai pihak, seperti pelaku industri, akademisi, dan pemerintah. Dengan demikian, proses circular economy dapat berjalan dengan baik.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)