Menggagas Peduli Budaya Dalam "Ganesa"

Oleh

Editor

“Gugahan Untuk Indonesia Kembali ke Akar”, demikian tajuk yang dipilih oleh KM-ITB bekerja sama dengan LPKM ITB dalam pekan kebudayaan selama 5 hari di ITB. Kegiatan yang berlangsung sejak 4 April tersebut mengangkat kebudayaan Indonesia dalam format yang berbeda. Beberapa lokasi ITB seperti di sekitar Oktagon, GKU Timur-barat, parkir Sipil Plaza Widya dan beberapa lokasi kantin ITB diwarnai oleh instalasi bambu dengan informasi berbagai kebudayaan Indonesia dalam seminggu ini. Bahkan dalam seminggu para penikmat kantin Barat Laut juga berkesempatan ditemani lagu-lagu daerah dan nasional yang disiarkan oleh Radio Kampus ITB. Begitu pula dengan Radio 8EH yang menyiarkan dalam siaran rutin nya di sore dan malam hari. “Harapannya paling tidak ada warna budaya Indonesia di kampus dalam seminggu ini”, ujar Wildan (AR 03), ketua panitia Pekan Kebudayaan KM-ITB tersebut. Dalam rencana Pekan Kebudayaan ini, sebenarnya juga diagendakan adanya penampilan dari unit-unit kebudayaan ITB. Namun tidak semua unit bisa tampil karena pemilihan waktu yang kurang tepat, alasan Wildan. “Sebenarnya acara ini sudah direncanakan akan dilangsungkan dua minggu lalu. Tetapi karena dalam waktu tersebut beberapa unit juga menggelar acara kebudayaan mereka sendiri, terpaksa ditunda”. Namun penundaan tersebut juga tidak tepat waktunya. Tidak semua unit kebudayaan ITB dapat mengikuti pekan kebudayaan tersebut. Diakhir pekan kebudayaan tersebut, Jumat malam, 8 April, digelar pementasan musik tradisional, kontemporer dan penampilan beberapa unit ITB. Panggung dengan sound system ala konser memeriahkan susana malam di Plaza Widya ITB. Sayangnya, animo penonton tidak segemerlap lampu-lampu panggung. “Jumlah penonton masih kalah dengan acara-acara unit kebudayaan, seperti LSS misalnya”, ujar Wildan mengungkapkan kekecewaannya. Pekan kebudayaan yang pertama kali diadakan ini, diharapkan menjadi pelopor untuk kegiatan-kegiatan serupa di masa akan datang. “Semoga bisa menjadi acara annual kemahasiswaan ITB sebagai momen kembali melihat budaya nasional kita”, ungkap Wildan. Niat menggugah kembali ke akar budaya bangsa diantara maraknya dentuman musik asing, ramahnya seni modern, serunya komik-komik jepang dan indahnya filsafat barat. Separuh harapan untuk mengingatkan.“Semoga kedepannya pekan kebudayaan ini bisa dikelola dengan format lebih baik agar pesannya bisa tersampaikan”, harapan sang ketua panitia diakhir pembicaraan.