Menyikapi Disrupsi Teknologi pada Industri Pertahanan dan Keamanan Siber Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id -- Disrupsi terjadi di berbagai sektor, termasuk pertahanan negara dan keamanan nasional. Menyikapi hal tersebut, pada Kamis (18/2/2021), Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui STEI ITB dan Universitas Pertahanan Republik Indonesia mengadakan webinar dengan judul, “Disrupsi Teknologi Pada Industri Pertahanan dan Pengembangan Pertahanan Siber Indonesia”.
Webinar tersebut terdiri dari dua sesi. Sesi pertama memiliki tema, “Industri Pertahanan Cerdas untuk Keamanan dan Ketahanan Bangsa”. Sesi pertama dimulai dengan pemaparan disrupsi dalam berbagai sektor kehidupan, seperti pertanian, industri, makanan, dan ketahanan.
Disrupsi teknologi juga menambah dimensi tempur untuk TNI menjadi darat, laut, udara, antariksa, dan siber. Dekan STEI ITB Dr. Tuntun Juhana, S. T., M. T. Mengatakan, salah satu cara menghadapi disrupsi oleh big data, kecerdasan buatan, dan augmented reality adalah dengan transformasi dengan solusi cerdas seperti smart system model.
Pembicara kunci pertama adalah Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI M. Herindra yang membahas mengenai potensi ancaman militer disebabkan oleh teknologi 4.0 dalam stabilitas nasional dan kedaulatan Indonesia berdasarkan Undang Undang serta industri pertahanan sebagai upaya memperbesar kemampuan pertahanan negara.
Pembicara kunci kedua adalah Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M. Sc., DESD., CIQnR., CIQaR., IPU. yang membahas smart university, smart tri dharma, dan smart life sebagai cara beradaptasi pada era disrupsi teknologi.
Pembicara kunci ketiga adalah Wakil Ketua Badan Intelijen Strategis TNI Mayor Jenderal TNI Gina Yoginda, M. Si. (Han). Ia membahas mengenai tantangan pada perkembangan teknologi digital secara masif yang mengharuskan TNI mengambil langkah penting untuk pertahanan siber di sektorat dan menyarankan agar pemangku jabatan dapat dengan tegas memberi hukuman kepada pelanggar UU ITE untuk menjaga NKRI dan Pancasila. Ia mengungkapkan, tren ancaman siber pada tahun 2020 terjadi sejumlah 495 juta serangan dengan ancaman pada perangkat lunak, perangkat keras, dan brainware dalam bentuk malware, sadap informasi, dan hatespeech.
Sementara pembicara kunci terakhir adalah DIRTIPIDSIBER Bareskim Polri BJP. Slamet Uliandi, S.I.K. yang membahas strategi Polri dalam menghadapi perkembangan keamanan siber di Indonesia dengan program virtual police alert, Siber TV, patrolisiber.id, dan sosialisasi di media sosial.
Webinar dilanjutkan dengan 3 pembicara. Pembicara pertama adalah Direktur Smart City and Community Innovation Center ITB yang membahas mengenai Peraturan Presiden no 8 tahun 2021 mengenai perluasan dimensi pertempuran dan teknologi senjata militer yang semakin mutakhir. Pembicara kedua adalah Direktur Teknologi dan Perkembangan PT Pindad (Persero) Ade Bagdja menyampaikan peran PT Pindad dalam transfomasi digital, sinergitas untuk ketahanan negara, dan dalam cyber security. Pembicara ketiga adalah Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin membahas organisasi dalam mencapai industri pertahanan yang maju, kuat, mandiri, berdaya saing dan terkemuka.
Hasil dari webinar sesi satu adalah penjelasan mengenai disrupsi teknologi yang menyerang sektor pertahanan dan keamanan negara yang dapat mengganggu kedaulatan negara. Disrupsi tersebut bisa berdampak positif seperti membuat proses pertanian dan industri menjadi lebih efisien dan bisa berdampak negatif seperti penyadapan, hatespeech, dan malware.
Selain itu, pada bidang pertahanan dan keamanan negara dimensi pertempuran menjadi meluas, maka Indonesia harus mandiri dalam perkembangan teknologi. C5ISR adalah produk yang sedang dikembangkan oleh PT Len Industri (Persero) sebagai induk implementasi Klaster BUMN Industri Pertahanan dalam mengikuti perkembangan teknologi pertahanan.
Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)