Momen Ramadan, ITB Selenggarakan Webinar tentang Pemaafan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id– Momen Ramadan, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan webinar bincang pemaafan bersama dengan Asosiasi Psikolog Islam (API) yang dibawakan oleh Drs. Asep Haerul Gani, seorang Psikolog, pada Senin (4/4/2022).

Webinar diawali dengan sambutan oleh Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D., selaku Kepala Subdirektorat Bimbingan Konseling Institut Teknologi Bandung. “Ada kalanya terkadang beban tidak bisa dipikul oleh diri sendiri sehingga harus disalurkan melalui pemaafan,” ujar Hendri dalam sambutannya mengawali acara.

Materi tentang pemaafan berangkat dari banyaknya rasa sakit yang timbul akibat pikiran-pikiran negatif dalam hidup sehari-hari bukan rasa sakit yang sesungguhnya. Terkadang hal-hal seperti itu disebut psikosomatis dalam istilah medisnya, atau sakit yang timbul atas trauma dalam diri. Hal tersebut timbul atas ketidakmampuan seseorang dalam melakukan pemaafan, dengan melakukan maaf kita secara tidak langsung memberikan rasa tenang dan aman dalam diri.

“Kebanyakan orang, baru dapat memaafkan ketika diperlakukan tidak adil atau disakiti oleh orang lain, karena dari situ orang baru sadar bahwa dirinya memerlukan sebuah pemaafan atau balasan yang setimpal dari orang yang menyakiti,” jelas Asep.

Asep juga menerangkan banyaknya pasien yang mengeluhkan penyakit yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya sendiri. Menurutnya, diri sendiri adalah tempat terbaik untuk melakukan pemaafan, berapa kali kita harus memaafkan diri kita sendiri terlebih dahulu, serta bagaimana kita menghapus tembok-tembok rasa bersalah yang menghalangi pemaafan. Tuntutan untuk pemaafan muncul ketika seseorang merasa dirinya diperlakukan tidak adil, butuh tempat pelampiasan dendam yang setimpal dan berusaha menanggapi prinsip moral belas kasih yang timbul dari perasaan kasihan, penghargaan tanpa syarat, murah hati dan cinta moral.

“Pemaafan bukanlah sebuah perilaku reaktif, tetapi perilaku inisiatif dan proaktif. Dimulai dengan menjadikan diri kita fokus dan memiliki niat untuk selalu berbuat baik. Selama kita masih belum menunjukan cinta kasih, kita tidak bisa melakukan pemaafan. Maaf berbeda dengan memaklumi, membiarkan, mengalah, melupakan, pengampunan, perdamaian, ataupun pembenaran. Pemaafan adalah menjadikan diri kita untuk terus berbuat baik pada orang lain tanpa adanya niatan buruk sedikit pun,” tutur Asep.

Reporter: Erika Mariana (Teknik Metalurgi, 2020)


scan for download