Orasi Ilmiah Apt. Tjokorde Istri Armina Padmasawitri, Ph.D: Refleksi Pandemi COVID-19 di Bidang Farmasi
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Pandemi COVID-19 yang terjadi tiga tahun belakangan ini membawa gejolak hebat bagi masyarakat dunia. Meskipun bukan satu-satunya wabah virus yang pernah melanda dalam beberapa abad terakhir, penyebaran COVID-19 terbilang sangat signifikan karena didorong oleh kemudahan manusia untuk bepergian dan melakukan kontak akibat arus globalisasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Kelompok Keahlian Farmakologi-Farmasi Klinis Sekolah Farmasi (SF) ITB, Apt. Tjokorde Istri Armina Padmasawitri, S.Si., M.Si., Ph.D., dalam orasi ilmiahnya di acara Sidang Terbuka Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Bandung pada Kamis, (2/3/2023) lalu. Melalui orasi tersebut, ia menyampaikan refleksi yang didapatkannya atas tiga tahun masa pandemi COVID-19 yang berdampak pada dunia.
Kemandirian Bahan Baku Obat
Kemandirian bahan baku obat demi ketahanan sistem kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh suatu negara. Armina menjelaskan bahwa saat wabah virus Covid-19 melanda, Indonesia bahkan Amerika Serikat sempat mengalami kelangkaan obat akibat adanya fenomena panic buying dan gangguan produksi obat yang disebabkan kebijakan lockdown. Maka penting bagi suatu negara untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat meskipun tidak mudah.
Pengembangan Riset Teknologi Kesehatan yang Berjalan Cepat
Lebih lanjut, Dosen di Sekolah Farmasi itu menyampaikan bahwa pengembangan teknologi kesehatan seperti obat, vaksin, dan alat penunjang diagnosis bisa dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Pengembangan obat, vaksin, dan alat penunjang diagnosis umumnya menghabiskan waktu 10-20 tahun. Akan tetapi, akibat adanya urgensi COVID-19, waktu pengembangan teknologi kesehatan ini bisa dipangkas hingga menjadi 1-2 tahun saja.
”Pada periode pandemi COVID-19 kemarin, kita bisa menyaksikan pengembangan teknologi kesehatan seperti obat, vaksin, dan alat penunjang diagnosis dalam waktu yang sangat cepat. Dari peristiwa ini sebenarnya kita bisa sadar bahwa riset dalam bidang teknologi kesehatan itu tidak sulit sehingga bisa dipersiapkan dan terus dikembangkan demi menghadapi tantangan baru di masa mendatang,” ungkapnya.
Armina menambahkan bahwa dunia kesehatan perlu memastikan pengembangan produk teknologi kesehatan yang dilakukan itu telah memenuhi prasyarat aplikatif dan berkelanjutan. Health Technology Assessment atau Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) merupakan salah satu acuan yang dapat dijadikan sebagai tool untuk meninjau potensi penerapan teknologi kesehatan yang tidak hanya dilihat dari dampak klinis, melainkan juga dampak ekonomi, sosial, organisasi, dan etika.
Keamanan dan Kualitas Teknologi Kesehatan
Refleksi keempat yang disampaikan adalah mengenai isu keamanan, khasiat, dan kualitas teknologi kesehatan di masa COVID-19. Selain dianggap sebagai capaian yang luar biasa, nyatanya perkembangan teknologi kesehatan yang sangat masif di era ini juga menimbulkan keraguan. Dalam merespons hal ini, ia berharap peneliti, produsen teknologi kesehatan, dan otoritas terkait perlu menjadikan keamanan publik sebagai prioritas utama.
Kerja sama dan Kolaborasi Merupakan Hal yang Utama
Pada masa-masa sulit selama pandemi COVID-19, tidak bisa dipungkiri bahwa peristiwa ini telah meningkatkan kolaborasi, kerja sama, dan solidaritas antara banyak pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, lembaga riset, dan industri manufaktur dalam proses menyelesaikan wabah penyakit. Tentunya, hal ini adalah fenomena yang harus tetap dipertahankan karena sangat berpengaruh bagi keberhasilan penanganan wabah di suatu negara.
”Nantinya, walaupun COVID-19 telah berakhir, pengembangan produk teknologi kesehatan harus tetap dilanjutkan demi mewujudkan ketahanan sistem kesehatan. Untuk itu, para pemangku kepentingan harus dapat mengambil pelajaran dari masa pandemi untuk memperkuat kapasitas negara kita dalam pengembangan produk teknologi kesehatan dan tetap bersinergi agar penanganan permasalahan ini bisa berjalan dengan efektif,” pungkasnya.
Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)