Pagelaran Sendratari Ramayana PSTK Sajikan Rangkaian Hiburan yang Mempesona

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka merayakan hari jadinya yang ke-40 Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan (PSTK) ITB mengadakan pagelaran sendratari dengan tema kisah Ramayana pada Minggu (24/04/11) di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB. Dengan slogan 'cinta kasih tanpa kesetiaan bukanlah cinta yang sebenarnya', pagelaran ini mampu memesona sekaligus mengocok perut para penonton dengan kisah kasih Ramawijaya dan Dewi Shinta khas PSTK. Selain cerita yang menarik dan tari-tarian yang menawan, pagelaran kali ini juga menampilkan alumni PSTK Jiyo Harjo Suwito (Matematika 1982) sebagai dalang dari fragmen wayang kulit dalam cerita.

Acara ini dibuka oleh tari Gambyong Pare Anom dan dilanjutkan dengan sambutan dari Teguh Wibowo (Biologi 2009) yang menyapa Franco, seorang penikmat budaya Indonesia asal Argentina, yang datang sebagai salah satu penonton. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Prof. Dr. Indra Nurhadi sebagai Pembina PSTK dan Dr. Brian Yuliarto sebagai Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB yang memuji persiapan pagelaran ini dan mengakui kegiatan budaya merupakan nilai tambah yang berharga dalam kegiatan kemahasiswaan. Ketiganya kemudian membuka Pagelaran Sendratari Ramayana dengan menancapkan gunungan bersama-sama.

Tari Kreasi muncul berikutnya dengan 5 orang penari yang mencabut gunungan-gunungan tersebut, menandakan dimulainya sendratari. Nuansa Jawa yang sangat kental, bahkan bahasa Jawa yang digunakan sepanjang sendratari tidak menghalangi para penonton yang datang dari berbagai kalangan untuk menikmati cerita yang disajikan. Muhammad Zamroni (Teknik Tenaga Listrik 2007) dan Diana Farisah Rahman (Arsitektur 2008) berhasil membawakan kegagahan Ramawijaya dan keanggunan Dewi Shinta dengan baik, sebagaimana dengan para pemain-pemain lain.

Dimulai dari pengasingan Ramawijaya ke tengah hutan bersama adiknya, Lesmana, dan istrinya, Dewi Shinta yang terpikat pada tipuan Buta Marica yang menyamar sebagai Kijang Kencana, Ramawjiaya dan Lesmana dijauhkan dari Dewi Shinta yang pada akhirnya diculik oleh Rahwana. Penculikan ini menimbulkan kegemparan dan menyulut perang besar yang melibatkan pihak Ramawijaya dan Rahwana.

Jiyo Harjo Suwito menampilkan pentas wayang kulit pertarungan sengit antara Kumbakarna yang sakti mandraguna melawan pasukan kera, namun pada akhirnya tewas oleh panah sakti Ramawijaya. Perang yang melibatkan banyak pihak termasuk satria kera Anoman dan Anila serta putra Rahwana, Indrajit, disebutkan dalam narasi sebagai 'perang tanpa makna' karena menyia-nyiakan banyak jiwa demi kepentingan pribadi Rahwana (Sumarad Adi Sanjaya, Teknik Mesin 2008) yang ingin memperistri Dewi Shinta.

Terus menyaksikan lakon selama kurang lebih dua jam, penonton tidak dibuat bosan karena di dalam cerita terselip adegan-adegan kocak yang mengundang tawa penonton, seperti ketika Ramawijaya dan Buta Marica yang meminta minum kepada pemain gamelan karena lelah bertarung. Bahkan penonton juga diajak berinteraksi dengan mengibarkan buku acara yang berwarna merah sebagai lambang keikutsertaan untuk membakar habis kerajaan milik Rahwana, Alengka.

Dalam pagelaran tersebut, Adhyatmika Dwi Wicaksana (Fisika Teknik 2009) sebagai sutradara berhasil meramu cerita menjadi sebuah rangkaian hiburan yang memesona penonton hingga akhir. Tanggap Warsa PSTK yang ke-40 tidak berhenti pada Pagelaran Sendratari Ramayana, pada bulan Juni mendatang akan diadakan juga Festival Gamelan Internasional yang patut ditunggu.