Pesta Literasi 2017: Gejolakkan Kembali Semangat Berliterasi

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

BANDUNG, itb.ac.id – Ingin menumbuhkan kembali semangat berliterasi di ITB, beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menyelenggarakan acara tahunan bertajuk “Pesta Literasi”. Seperti kata seorang penulis terkenal, Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.” Oleh karena itu, mahasiswa ITB diharapkan tidak hanya pandai secara akademik tetapi juga dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang literasi.

Rangkaian Acara Pesta Literasi

Pesta Literasi merupakan pameran karya berupa tulisan yang digawangi oleh empat UKM ITB yaitu Majalah Ganesha, Lingkar Sastra, Institut Sosial Humaniora Tiang Bendera (ISH Tiben), dan Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK). Pameran tersebut berlangsung pada Sabtu-Minggu (22-23/04/17) di Sunken Court ITB. Selain pameran karya, beberapa diskusi juga digelar di hari pertama penyelenggaraan acara ini. Topik-topik yang dibahas pun beragam seperti kaderisasi, literasi, dan pergerakan mahasiswa. Selain diskusi, ada pula kegiatan bedah buku “Seruput Filsafat Sebelum Kiamat” dan kegiatan Kajian Kritis Sengkarut Tanah Rembang.

Tak berhenti di situ, diskusi pun diadakan kembali esok harinya. Dengan mengundang Dr. Acep Iwan Saidi, Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, “Literasi di Era Digital dan Informasi” diusung sebagai materi diskusi pembuka. Turut hadir pula Syarif Maulana, Dosen Universitas Telkom, mengisi diskusi selanjutnya yang bertajuk “Pedadogi Literasi di Era Postmodern” . Dalam acara tersebut, digelar juga Malam Puisi, Jamming Session dan Grand Launching Penerbit ISH Books, serta Diskusi dan Screening Film “Midnight in Paris”.

Tentang Pesta Literasi

Pesta Literasi sendiri telah berlangsung sejak tahun 2016. Di tahun lalu, acara ini bertujuan untuk mengapresiasi para penggiat literasi di ITB. Sementara itu, fokus utama Pesta Literasi tahun ini adalah untuk menggali kembali semangat berliterasi yang telah terpendam oleh kesibukan-kesibukan mahasiswa. Adapun semangat literasi yang ingin digaungkan oleh panitia adalah literasi yang bebas, tanpa harus mengikuti pesanan pasar. Perluasan semangat berliterasi tersebut diikuti pula dengan penyebaran semangat pengarsipan sehingga karya-karya yang telah diciptakan dapat tersimpan dengan rapi.

Zine, sebuah media yang mengilhami keberlangsungan Pesta Literasi, memiliki suatu slogan berbunyi, “Do it yourself.”. Slogan ini merupakan hal yang ingin disiarkan melalui Pesta Literasi 2017 kepada massa kampus Gajah. “Kita punya karya sendiri, kita cetak sendiri saja. Buat apa kita menunggu penerbitan segala macem,” ungkap Ismail selaku Ketua Pesta literasi 2017. Melalui tekad tersebut, ISH Tiben bersama UKM “penggiat” literasi ITB lainnya mendirikan penerbit indie yang diberi nama ISH Books. Penerbit ini akan menerbitkan karya-karya mahasiswa ITB juga memperjual-belikannya.

Karya-Karya yang Dipamerkan

Pada Maret lalu, panitia telah membuka pengumpulan naskah dari seluruh Indonesia melalui media sosial. Lebih dari 150 naskah terkumpul, diterbitkan, dan dipamerkan di acara ini. Karya-karya tersebut berupa artwork, zine, booklet, buku, dan kompilasi. Tak hanya itu, pengunjung pun dapat melihat beberapa majalah Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dipajang dalam pameran. Ratusan karya tersebut menunjukkan bahwa semangat berliterasi masih cukup tinggi, terlihat dari produktivitas dan kreativitas para mahasiswa dalam hal literasi.

Salah satu karya yang ditampilkan adalah buku berjudul “Seruput Filsafat Sebelum Kiamat”. Buku tersebut ditulis oleh Choirul Muttaqin ( Rekayasa Kehutanan 2012) yang berisikan filsafat-filsafat kehidupan. Selain itu, terdapat juga kumpulan syair berjudul “Hikayat 1001 Fajar” yang ditulis oleh Fabi, mahasiswa dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) 2016. Dongeng fiksi yang diilhami oleh cerita-cerita dewa dan raja Arab, Mesopotamia, dan Jawa dapat ditemukan dalam buku karya Fabi. Buku-buku yang rutin diterbitkan oleh UKM Lingkar Sastra, yaitu ITB Nyastra, turut dipamerkan seperti puisi, cerpen, prosa, dan esai yang ditulis oleh mahasiswa ITB.


Reporter : Alma Cantika Aristia

ITB Journalist Apprentice