Popo Danes: Akulturasi Arsitektur Modern dan Eksotisme Tradisional Bali
Oleh kikywikantari
Editor kikywikantari


Empat hal yang menjadi perhatian utama Popo dalam karya arsitektur, yaitu: arsitektur tropis, budaya, tourisme, dan Eco-friendly. Ciri-ciri dari karya beliau, antara lain: Penggunaan bahan bekas yang masih layak pakai, modern tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional ornamen Bali, dan memaksimalkan penggunaan bahan lokal.
Beliau memperoleh 2008 ASEAN Energy Award untuk energy efficient building pada kategori bangunan tropis untuk arsitektur Ubud Hanging Garden. Kini, Natura Resort di Ubud yang merupakan salah satu karyanya juga terpilih sebagai Selected Projects dalam buku "Bioclimatic Facade" yang dibuat oleh Dr. Ken Yeang, dan disponsori oleh Somfy. Selain itu, Firma Arsitek Popo Danes terpilih sebagai 3 top arsitek yang berhak mendapat award untuk mengikuti 2008 Somfy Living Architecture seminar di Venesia, Italia dalam rangka acara arsitek terkemuka "Biennale d'architecture", pada tanggal 15-16 Oktober 2008.
Pada kesempatan ini, Popo berbagi pengetahuan tentang beberapa hal kepada mahasiswa calon arsitek, seperti penggunaan kayu bekas sebagai bentuk perhatian terhadap lingkungan, pentingnya keterbukaan antara supplier dengan arsitek, pentingnya melakukan crosscheck, seperti logika di balik feng shui agar penjelasan-penjelasan mengenai arsitektur menjadi ilmiah daripada hanya mengandalkan kepercayaan.
Banyaknya pengalaman dalam mendesain dan mengeksplorasi bahan membuat para mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2007 kagum dengan karya-karyanya. Hal ini membuktikan bahwa arsitektur Indonesia kini sudah mampu bersaing dengan arsitektur internasional yang sarat akan teknologi namun tidak melupakan nilai-nilai tradisional lokal yang terkandung di dalamnya. Diharapkan bagi para mahasiswa arsitektur lainnya yang ingin memajukan arsitektur Indonesia, untuk tetap melestarikan nilai budaya dan eksotisme kesenian tradisional dalam negerinya.

Pada kesempatan ini, Popo berbagi pengetahuan tentang beberapa hal kepada mahasiswa calon arsitek, seperti penggunaan kayu bekas sebagai bentuk perhatian terhadap lingkungan, pentingnya keterbukaan antara supplier dengan arsitek, pentingnya melakukan crosscheck, seperti logika di balik feng shui agar penjelasan-penjelasan mengenai arsitektur menjadi ilmiah daripada hanya mengandalkan kepercayaan.
Banyaknya pengalaman dalam mendesain dan mengeksplorasi bahan membuat para mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2007 kagum dengan karya-karyanya. Hal ini membuktikan bahwa arsitektur Indonesia kini sudah mampu bersaing dengan arsitektur internasional yang sarat akan teknologi namun tidak melupakan nilai-nilai tradisional lokal yang terkandung di dalamnya. Diharapkan bagi para mahasiswa arsitektur lainnya yang ingin memajukan arsitektur Indonesia, untuk tetap melestarikan nilai budaya dan eksotisme kesenian tradisional dalam negerinya.