Rakata ITB: Kembangkan Mobil Berbahan Bakar Etanol Murni

Oleh Ahmad Furqan Hala

Editor Ahmad Furqan Hala

BANDUNG, itb.ac.id - Saat ini kebutuhan akan bahan bakar alternatif di dunia semakin meningkat. Hal ini seiring dengan permintaan akan bahan bakar yang semakin tinggi serta menipisnya cadangan bahan bakar fosil yang ada. Atas dasar inilah terbentuk Shell Eco Marathon 2013 yang menekankan penggunaan bahan bakar alternatif berupa bioetanol, bahan bakar gas, hidrogen, listrik serta berbagai sumber energi alternatif lainnya. Salah satu peserta kompetisi tahun ini adalah tim Rakata dari ITB.

Tim Rakata merupakan salah satu tim yang sejak 2011 lalu ikut serta dalam kompetisi Shell Eco Marathon yang diadakan tiap tahun. Kompetisi tahunan ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu prototype yang bersifat khusus untuk perlombaan saja serta urban yang mengadaptasi model city car. Untuk tahun ini, tim Rakata akan berunjuk gigi pada kategori prototipe. Kompetisi ini sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 4-7 Juli 2013 di sirkuit Sepang, Malaysia.

Mekanisme kompetisi bertajuk Shell Eco Marathon 2013 ini adalah sebagai berikut. Sebelum race berlangsung, pertama-tama diadakan technical inspection terlebih dahulu. Masing-masing peserta harus mengikuti technical inspection ini sebelum mengikuti race. Tim yang dinyatakan tidak lolos pada tahap ini tidak dapat mengikuti race yang akan dilaksanakan. Untuk race-nya sendiri, masing-masing tim diberikan lima kali kesempatan untuk menempuh empat putaran sirkuit selama kurang dari 23 menit. Jika waktu untuk melakukan empat putaran melebihi 23 menit, tim akan didiskualifikasi untuk putaran tersebut. Setelah itu kemudian akan diukur bahan bakar maksimum yang digunakan untuk menempuh empat putaran tersebut dan akan dikonversi menjadi satuan kilometer per liter. Tim dengan pencapaian terbesar akan menjadi juara on-track.

Prototipe mobil yang akan digunakan oleh tim Rakata ini berupa kendaraan mobil dengan tiga roda. Sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah ethanol murni. Mesin yang digunakan adalah mesin motor biasa. Akan tetapi, karena bahan bakar ethanol murni yang digunakan memiliki nilai oktan yang tinggi (sekitar 105-110) dibandingkan bahan bakar premium biasa, dibutuhkan modifikasi khusus di bagian mesinnya. Nilai kompresi pada bagian mesin harus lebih tinggi dibandingkan mesin pada umumnya. Bobot mesinnya pun harus dikurangi dan sistem transmisinya diganti menggunakan sistem transmisi tunggal (dengan gigi tiga sebagai gigi utama, sedangkan gigi satu dan empatnya harus dibuang). Selain itu, sistem pengontrol bahan bakar yang disebut ECU (Engine Control Unit) adalah sistem yang dirancang sendiri oleh tim Rakata. Penambahan ECU manual ini disebabkan karena sistem pengontrol mesin dari pabrik tidak dapat dimodifikasi secara langsung.

Etanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Etanol adalah salah satu hidrokarbon rantai pendek yang umum dijadikan sebagai bahan bakar. Akan tetapi, penggunaan etanol sebagai bahan bakar murni sampai saat ini masih terbatas. Umumnya etanol, seperti halnya butanol maupun jenis alkohol lainnya hanya dijadikan sebagai bahan aditif pada bahan bakar untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar tersebut. Salah satu contoh negara dengan penggunaan etanol sebagai bahan bakar yang sudah maju adalah Brasil.

Etanol yang digunakan untuk bahan bakar umumnya berasal dari hasil fermentasi sisa pengolahan tebu menjadi gula (molase) yang diproses sehingga menghasilkan etanol. Proses fermentasi dengan agen biologis ini memiliki nilai tambah pada bidang produksi dibandingkan dengan bahan bakar fosil, karena energi pemrosesan yang dibutuhkan lebih kecil. Selain itu, pada proses pembakaran etanol menjadi energi, kadar gas buang karbon dioksida yang dihasilkan juga menjadi lebih sedikit, sehingga dapat mengurangi agen gas rumah kaca di atmosfer.

Hasil Dukungan dan Kerja Sama Berbagai Pihak

Tim Rakata adalah kombinasi mahasiswa dari beberapa program studi di ITB, seperti Teknik Mesin, Aeronotika dan Astronotika, Teknik Material, serta Manajemen Rekayasa Industri. Adanya anggota tim yang memiliki latar belakang manajemen disebabkan karena adanya kebutuhan tim untuk melakukan manajemen yang lebih rapi dan teratur terkait dokumen maupun manajemen waktu dan anggota. Selain itu, tim ini juga didukung penuh oleh dosen ahli. Tiap minggunya selalu ada laporan kemajuan yang harus disampaikan oleh manajer tim. Selain itu juga selalu ada kunjungan ke bengkel tiap bulannya untuk pemantauan oleh dosen.

Selain kerjasama dan dukungan dari dalam kampus, pembuatan prototype Rakata ini juga disponsori oleh beberapa perusahaan dalam negeri. Untuk bagian mesin, Astra Honda Motor memberikan mesin motor sebagai mesin prototipe. Sedangkan untuk pembuatan badan mobil, PT Dirgantara Indonesia memberi bantuan dalam proses pembuatan maupun materialnya. Pada proses pembuatan ECU, tim Rakata bekerja sama dengan Daun Biru Engineering. Tim ini juga mendapatkan bantuan dana dari ITB serta Garuda Indonesia.

Saat ditanyai mengenai ekspektasi, Ikhsan Irfansyah (Teknik Mesin 2009) berkata, "Untuk on-track awards, ekspektasi kami bisa mencapai 600 km/L, dua kali lipat dari pencapaian tahun lalu yang hanya mencapai 291 km/L. Selain itu, kami juga mengincar penghargaan dari off-track awards, seperti best team spirits, best innovation ataupun sejumlah penghargaan off-track lainnya.

"Kami juga berharap agar teknologi alternatif yang kami kembangkan dapat diaplikasikan pada masyarakat secara langsung, dalam hal teknologi pembakaran etanol, teknologi pengapiannya, ataupun pengendalian ECU-nya. Sedangkan untuk kendaraan prototipe-nya sendiri, karena ini berupa prototipe dan hanya digunakan untuk lomba, tidak ada harapan khusus bahwa kendaraan ini akan digunakan untuk pemakaian sehari-hari," kata Ikhsan, selaku manajer tim Rakata ITB.