Tim Peduli Pesisir ITB Hidupkan Geliat Budi Daya Rumput Laut di Desa Cigorondong

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANTEN, itb.ac.id—Tim Peduli Pesisir ITB kembali melaksanakan program pengabdian pada masyarakat pada Juni 2023 lalu. Tahun ini, Tim Peduli Pesisir menurunkan dua tim di dua desa yang berbeda, yakni Desa Cigorondong dan Desa Ujungjaya. Keduanya terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Di Desa Cigorondong, pengabdian difokuskan pada budi daya dan pengolahan rumput laut.

Kegiatan sosialisasi pengolahan rumput laut tersebut digelar pada (18/06/2023) dan menjadi program penutup pengabdian Tim Peduli Pesisir di Desa Cigorondong.

“Setelah kejadian tsunami yang menimpa Banten pada 22 Desember 2018 silam, semua budi daya rumput laut di Desa Cigorondong hancur total dan berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kami berupaya untuk membangun kembali ekosistem budi daya rumput laut agar membangkitkan perekonomian masyarakat yang sempat lumpuh,” kata salah satu anggota tim, Farhan Setiawan (IL 21).

Pengadaan kembali budi daya rumput laut ini bekerja sama dengan aparatur Desa Cigorondong serta masyarakat yang dulu pernah menjadi petani rumput laut. Metode yang digunakan dalam budi daya ini adalah metode long line.

“Metode ini lebih efektif dan dapat berusia tahunan jika dibandingkan metode rakit yang hanya bertahan beberapa bulan. Diharapkan budi daya ini lebih sustain dan berkembang menggunakan metode long line,” ujar Farhan yang sekaligus menjadi ketua tim.

Tempat penanaman terletak di dekat Pulau Badul. Jaraknya sekitar 20 menit dari Desa Cigorondong jika ditempuh menggunakan perahu kecil. Pada tanggal 4-7 Juni 2023, dilakukan pembuatan tali titik dan tali anakan yang akan diikatkan pada tali ris atau jalur. Kemudian, pengikatan bibit rumput laut pada tali ris dan penanaman rumput laut dilangsungkan selama 3 hari pada tanggal 8-10 Juni 2023.

“Kami menanam 50 kg bibit rumput laut jenis Eucheuma cottoni pada lahan seluas 50 m persegi. Masyarakat bisa memetik hasil panennya setelah satu bulan,” ungkap anggota tim, Muhammad Al Farisi (MS 21).

Kegiatan tersebut dilakukan bersama masyarakat Desa Cigorondong. Dua hari pasca penanaman, dilakukan monitoring rumput laut dan didapati hasil yang baik.

Tim Peduli pesisir juga melakukan analisis kesesuaian lokasi untuk budi daya rumput laut di Desa Cigorondong. “Pemetaan ini dapat menjadi bekal agar produksi rumput laut yang dihasilkan lebih berkualitas dan mempercepat bangkitnya budi daya rumput laut setelah tsunami 2018 silam,” beber Juan Firdaus (GD 21).

Kegiatan dilakukan dalam empat tahap, yakni perancangan, pengambilan data, pengolahan data, dan penyajian data. Tahap pertama diawali dengan pengkajian studi literatur terkait penelitian terdahulu, pemilihan wilayah penelitian, penentuan parameter-parameter yang akan digunakan, dan penentuan alat yang dibutuhkan.

“Untuk tahap pengambilan data dilakukan pada 3-6 Juni 2023. Kami mengambil sampel air di 35 titik di pesisir Desa Cigorondong dan mengecek kualitasnya dengan water quality meter dan refraktometer. Dari data in situ tersebut, dilakukan interpolasi secara spasial,” sambung Juan.

Informasi tersebut Nantinya menjadi kiblat dalam menentukan kesesuaian lokasi di pesisir Desa Cigorondong untuk dijadikan tempat budi daya rumput laut jenis Euchema cottoni.

Sebagai informasi, harga rumput laut di pasaran hanya berkisar Rp8.000,00-Rp.10.000,00 per kilogram. Pengetahuan yang terbatas mengenai pengolahan rumput laut menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para petani rumput laut untuk menaikkan harga jualnya.

“Pada jenis Eucheuma cottoni, terkandung karaginan yang dapat digunakan sebagai pengental. Oleh karena itu, kami coba mengolahnya menjadi mi sehat yang kaya akan vitamin dan serat. Mi rumput laut ini dapat bertahan 2 hari di suhu kamar dan bertahan lama jika dikeringkan.

Tentunya olahan mi rumput laut ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rumput laut yang masih mentah,” jelas anggota tim, Ayu Cahyani (OS 21).

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)