WCPL Experimental Weather Forecast

Oleh

Editor

Keseriusan ITB untuk menjadi perguruan tinggi berbasis riset kembali terbukti. Hal ini ditunjukkan oleh keseriusan Dr. Tri Wahyu Hadi dari Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM) ITB. Beliau telah berhasil membangun situs perkiraan cuaca WCPL Experimental Weather Forecast (http://weather.geoph.itb.ac.id/met.fcst.tbl.shtml) yang merupakan salah satu wadah hasil diseminasi riset model prediksi cuaca yang telah beliau lakukan sebelumnya.

Beliau memulai riset model prediksi cuaca pada tahun 2005 sebagai salah seorang anggota Departemen Geofisika, Meteorologi, dan Oseanografi (waktu itu disebut GM). Situs perkiraan cuaca ini sendiri, mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2006, dengan dukungan dana dari dana riset ITB. Selanjutnya, pada tahun 2007, beliau juga mendapat dukungan dana dan tranfer teknologi kerja sama dengan Jepang dalam KAGI 21(Kyoto University Active Geosphere Investigation for the 21st century).

Data yang digunakan sebagai sumber pengolahan data informasi cuaca didapatkan dari dua sumber. Yang pertama, dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat yang memiliki satelit orbital. Yang kedua dari MT Sat Jepang, yang berupa satelit geostasioner untuk wilayah Asia Pasifik. Data yang diperoleh kemudian diolah dalam suatu program model prediksi cuaca global hasil riset beliau dengan masukan dari World Meteorology Organization (WMO).

Data-data yang beliau unduh berukuran besar dan harus dilakukan dua kali sehari secara kontinu. Oleh karena itu, beliau membuat sebuah PC cluster yang dapat mengerjakan proses model prediksi cuaca tersebut sekaligus menyimpan data cuaca. PC cluster itu saat ini terletak di Ruang KAGI 21 di Labtek XI ITB.

Dibutuhkan waktu 10 jam untuk mengunduh data, kemudian 2 jam pengolahan data dengan sistem down scaling. Down scaling merupakan teknik interpolasi untuk merapatkan grid data cuaca dari satelit, menjadi informasi beresolusi 30 km untuk Indonesia, dan 10 km untuk Pulau Jawa. Informasi yang disediakan pada situs tersebut pun akurat dalam rentang waktu 3 jam ke depan. Selain akurat, informasi dalam situs cuaca tersebut juga beragam. Hanya saja, karena informasi yang disajikan berupa informasi ilmiah dan bukan untuk konsumsi publik, maka orang awam akan sedikit kesulitan untuk menerjemahkan informasi di situs tersebut.

Menurut Pak Tri, saat ini negara-negara yang memiliki prediksi cuaca yang baik barulah Jepang, Cina, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa. Beliau menambahkan, kawasan tropis memang relatif lebih sulit dalam hal prediksi cuaca disebabkan oleh dinamika atmosfer (tekanan udara, kelembaban, arah angin, dan suhu) yang lebih kompleks serta kurangnya data berkaitan dengan kuantitas stasiun pengambil data.

Saat ini, ada beberapa hambatan yang tengah dihadapi. Masih dibutuhkan data lokal yang bersifat real-time untuk mendukung akurasi prediksi cuaca. Selain itu, dibutuhkan tambahan fasilitas dan infrastruktur untuk sistem penyimpanan data yang sangat besar dan kontinu, serta sumber daya manusia untuk mengembangkan situs ini menjadi lebih user friendly. Harapan Pak Tri ke depan, model prediksi cuaca di Indonesia dapat dikembangkan menjadi semakin baik dan membandingkan dengan Amerika Serikat dan Jepang. Beliau juga berharap inovasi dalam bidang teknologi senantiasa dikembangkan oleh anak negeri.