Webinar STEI ITB: Pengolahan Data Terbuka untuk Pengembangan e-Democracy di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengadakan webinar pada Minggu (4/7/2021). Kali ini tema yang diangkat “Penggunaan Data Terbuka dalam Pengembangan e-Democracy di Indonesia”. Webinar ketiga STEI dalam rangka peringatan 101 tahun Perguruan Tinggi Teknik Indonesia (PTTI) ini turut mengundang Yudistira Dwi Wardhana Asnar, S.T., Ph.D. dari KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan ITB sebagai pembicara.

Dalam webinar tersebut, Yudistira menjelaskan mengenai data terbuka (open data). Dia memaparkan bahwa data terbuka adalah data publik yang dapat diakses dan dapat digunakan oleh masyarakat maupun organisasi untuk melakukan usaha baru dengan menganalisis pola dan tren serta mengambil keputusan berbasis data. Dengan ini, data terbuka diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

“Open data tidak melulu kita bicara di aspek pemerintahan saja atau penyelenggaraan negara. Tetapi bisa saja perusahaan, kayak ITB. Kita juga lagi set up bagaimana kalau kita melakukan open data, apa yang harus kita disclose datanya. Jadi, tidak hanya bicara pemerintahan, tetapi bisa juga organisasi-organisasi kemasyarakatan atau malah bisnis,” jelas pria yang akrab disapa Yudis ini.

Adapun Pemerintah Indonesia memiliki portal data terbuka yang saat ini dikelola oleh Kantor Staf Presiden, yaitu data.go.id. Selain dapat membangun kepercayaan publik, sistem pemerintah berbasis elektronik dengan keterbukaan informasi dapat menginisiasi partisipasi masyarakat dalam memajukan pembangunan.

Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi salah satu wadah demokrasi di Indonesia yang telah menyediakan data terbuka. Pemilu 2019 mengalami kemajuan dengan menyajikan data terbuka dalam format yang dapat diproses oleh mesin, dibanding Pemilu 2014 yang hanya menyajikan gambar plano sehingga data tidak dapat terukur.

*Database yang dikirim ke browser pengguna internet (kiri) dan tampilan yang muncul ketika membuka situs (kanan).

Menurut Yudis, salah satu bentuk partisipasi aktif sebagai warga negara Indonesia adalah mengawal proses pemilu dengan menyandingkan data yang ada. Sebelumnya, perlu diingat bahwa perubahan pasti akan terjadi, misalnya akibat adanya pemilih yang disinyalir terdaftar di dua DPT. Dengan menyandingkan data, kita bisa melihat jika terdapat pergeseran-pergeseran suara tersebut. Jika perubahannya signifikan, kita dapat melaporkannya ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk dilakukan penelusuran lebih lanjut.

Meski data yang ditampilkan pada Pemilu 2019 sudah lebih baik, ternyata data dalam bentuk tabel masih cukup sulit untuk dicerna. Akhirnya, KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan mencoba melakukan big data analytics dengan tahapan pengambilan data dari database pemilu, persiapan dan standardisasi data dengan mencari seluruh kode wilayah dan calon serta menghubungkannya, pengayaan data dari berbagai sumber, hingga visualisasi data yang mempermudah masyarakat dalam memahami hasilnya.

*Hasil visualisasi data Pemilu DPR 2019 yang dilakukan oleh KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan ITB (Tangkapan layar situs bigdata.itb.ac.id)

Menutup pemaparannya, Yudis mengungkapkan bahwa data terbuka juga membuka peluang penelitian dan pengembangan usaha. Kelompok keahliannya sendiri ingin memperluas analisis data yang mereka lakukan lebih dari pemilu, termasuk ingin terhubung dengan data-data di BPS. Beliau bersama rekannya juga berencana untuk membuat suatu prototipe dari sistem pemungutan suara secara elektronik, seperti yang telah dilakukan di Estonia.

Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)