8EH: Perjalanan Sebuah Radio Mahasiswa
Oleh Samuel Simon
Editor Samuel Simon
BANDUNG, itb.ac.id - Jika ada yang bertanya nama radio mahasiswa di ITB, mungkin dia akan mendengar jawaban berbeda dari beberapa orang. Sebagian mungkin menjawab Radio Kampus, dan yang lain akan menjawab 8EH, karena memang di ITB terdapat dua wadah yang berbeda untuk meyalurkan minat mahasiswa dalam dunia media informasi, khususnya siaran radio.
Berbeda dengan Radio Kampus (RK) yang baru didirikan pada abad 21 ini, 8EH Radio ITB berdiri tak lama setelah kampus ini lahir. Bermodalkan sebuah pemancar radio yang merupakan pemancar bekas milik AL Jepang, beberapa mahasiswa ITB pada awal dekade 60-an berkumpul mendirikan suatu organisasi yang mengkhususkan diri dalam bidang radio. Organisasi ini mendapatkan izin mengoperasikan pemancar radio miliknya dari ITU (Internasional Telecommunication Union) dengan menggunakan 8EH sebagai panggilannya (“callsign”). Akhirnya panggilan ini dijadikan nama organisasi tersebut hingga saat ini.
Pada awal berdirinya, 8EH menjadi pelopor di bidang teknologi radio bagi negara ini, bahkan 8EH menjadi stasiun radio kedua yang memancar menggunakan gelombang FM setelah Radio Republik Indonesia (RRI). Selain berkembang dalam sisi teknologi, kualitas siaran yang dilaksanakannya pun tidak asal-asalan. Mulai dari siaran hiburan seperti permintaan lagu dari pendengar, hingga pembacaan nama-nama mahasiswa yang diterima dalam Sipenmaru (nama ujian seleksi penerimaan mahasiwa baru untuk perguruan tinggi negeri sebelum UMPTN) pernah dilakoninya. Siaran 8EH juga turut digunakan menjadi corong pergerakan mahasiswa di penghujung tahun 70-an, sampai pada puncaknya, 8EH menjadi satu-satunya stasiun radio yang membacakan buku putih Soeharto pada masa perjuangan mahasiswa ITB di tahun 1978. Mendapat kecaman yang keras dari pemerintah dan beberapa pihak lain, maka 8EH memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasinya di awal dekade 1980. Kejadian ini bukan untuk pertama kalinya karena 8EH pernah pula tidak diperbolehkan untuk mengudara pada masa pembebasan Irian Barat di tahun 1960-an.
Penghentian siaran ini ternyata berlangsung jauh lebih lama daripada kejadian yang pertama. Hampir 20 tahun, ITB tidak memiliki radio yang dapat menjadi wadah kegiatan mahasiswanya. Di penghujung abad 20, para alumni 8EH berkumpul kembali dan mempersiapkan kelahiran 8EH baru. Akhirnya, berkat usaha dan dukungan merekalah, 8EH kembali mengudara pada saat matahari bersinar untuk pertama kalinya di awal abad 21.
Saat ini, radio yang berpusat di Gedung PPAU lantai 8 ini telah berkembang. Anggotanya bukan hanya mahasiswa ITB saja, namun juga terdapat beberapa mahasiswa dari universitas lain, seperti Unpad dan Unisba. Siaran 8EH pun kini tidak terbatas menggunakan gelombang radio di 108 FM saja, namun kini para Kampus Mania (panggilan bagi pendengar radio ini) dapat mendengarkan 8EH di mana saja melalui akses internet. Bagi Kampus Mania yang berada dalam jaringan komputer ITB, dapat mengakses siaran radio ini di http://8eh.itb.ac.id:8000/8eh.m3u dan bagi yang berada di luar jaringan ITB dapat mengaksesnya di http://radio.8eh.info:8010/listen.pls.
Dengan semakin mudahnya mendengarkan 8EH, semakin banyak pula orang yang mendengarkan siarannya. Maka tak heran jika 8EH selalu berpacu untuk memberikan kualitas siaran yang terbaik. Mulai siaran untuk mempromosikan semua kegiatan dan unit yang ada di ITB maupun kegiatan dari para alumni, bekerja sama dengan pihak luar dalam mengadakan kegiatan di Bandung, hingga ikut serta menjadi ajang promosi bagi beberapa penyanyi dan group musik yang mengeluarkan album barunya.
Segala hal tersebut, menjadikan radio yang telah berusia lebih dari 45 tahun ini benar-benar dapat menjadi wadah eksperimentasi bagi para anggotanya dan juga civitas ITB. Kini tinggal bagaimana 8EH diolah lebih baik sehingga nantinya dapat benar-benar menjadi corong ITB bagi masyarakat luas. Be smart and stay cool in harmonia progressio!