Ajeng Sekar, Tendik ITB Peraih Beasiswa PasTi dan Penggagas Gerakan “Maparin Tuangeun”
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak Ajeng bisa menjadi salah satu wisudawan yang akan mengikuti Sidang Terbuka Wisuda Pertama Institut Teknologi Bandung Tahun Akademik 2019/2020, Sabtu (19/10/2019). Ia merupakan tenaga kependidikan (Tendik) yang saat ini bekerja di Direktorat Kepegawaian ITB. Semangat belajar meskipun di tengah kesibukannya dalam bekerja, patut diapresiasi.
Perempuan pemilik nama lengkap Ajeng Sekar Tanjung, ini lahir di Lampung pada tanggal 11 November 33 tahun yang lalu. Dari kota yang dijuluki sebagai Kota Pisang itu, Ajeng merantau jauh ke Kota Kembang untuk melanjutkan studi Diploma di Universitas Padjajaran dengan mengambil jurusan matematika dan berfokus di Teknik Informatika. Ia kemudian melanjutkan studi tingkat sarjana di Universitas Maranata jurusan Teknologi Informasi.
Setelah lulus S1, Ajeng kemudian bekerja di Direktorat Kepegawaian ITB. Ajeng kembali memutuskan untuk melanjutkan studi magister (S2) di Institut Teknologi Bandung pada Tahun 2017 dengan berfokus pada bidang layanan teknologi informasi. Dalam menempuh pendidikan magister ini, Ajeng mendapatkan Beasiswa Pascasarjana Tenaga Kependidikan Berprestasi (PasTi) dari Kemenristekdikti, yaitu beasiwa yang ditujukan untuk memfasilitasi pegawai yang akan melanjutkan studi ke jenjang magister, khususnya tenaga kependidikan yang bekerja di lingkungan pendidikan tinggi yang ada di seluruh Indonesia.
Sayangnya kuota yang disediakan cukup terbatas. Pada saat itu kuota yang disediakan hanya sekitar 75 orang se-Indonesia dan Ajeng berhasil menjadi salah satu orang yang mendapatkan beasiswa tersebut. Bekerja sejak tahun 2010 sebagai PNS di Direktorat Kepegawaian tidak membuat Ajeng lantas berhenti untuk berkarier. Meskipun beliau memutuskan untuk melanjutkan studi magisternya, ia tetap berusaha membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarganya di tengah kesibukan menyelesaikan studinya.
“Waktu di perkuliahan menjadi hal yang berat dan kadang melelahkan, namun patut diperjuangkan karena sebagai manusia kita butuh belajar untuk mengembangkan potensi diri dan mengukur kemampuan diri kita sudah sejauh mana. Meskipun sekolah bukan satu-satunya jalan untuk belajar, namun sekolah merupakan salah satu cara yang oke untuk mendapatkan pengajaran,” tuturnya.
Dalam studi magisternya ini, ia mengambil topik bahasan tesis mengenai data sains, yaitu pengolahan data yang bertujuan untuk menghasilkan suatu informasi acuan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Selain meraih beasiswa dan tetap menjalankan tugasnya sebagai tenaga kependidikan di ITB, ajeng pun rupanya aktif berkegiatan sosial.
Selain berkuliah, bekerja, dan sibuk mengurus keluarga. Ajeng juga merupakan penggagas dari sebuah gerakan sosial yang diberi nama “Maparin Tuangen”. Ia menjelaskan, Maparin Tuangen merupakan suatu gerakan sosial yang dilakukannya sejak 3 tahun yang lalu berupa pemberian makan siang (seperti prasmanan) kepada kaum dhuafa, tunawisma, dan pedagang asongan yang biasanya diselenggarakan di taman-taman yang ada di Kota Bandung.
Gerakan ini lahir dari keresahan Ajeng dan teman-temannya yang sudah bosan dengan situasi reuni yang begitu-begitu saja. Selain itu, ia dan teman temannya pun merasa bahwa orang-orang dengan kemampuan perekonomian menengah ke bawah, sering kali melupakan pentingnya sarapan dan sering menyatukan waktu sarapan dengan waktu makan siang. Sehingga ia pun mengusulkan untuk melakukan suatu kegiatan yang dapat menjadi sarana kumpul atau reuni yang positif namun dapat memberi dampak positif terhadap orang lain.
“Maparin Tuangen membuat saya percaya bahwa jika niat kita baik untuk menolong sesama maka semesta akan membantu untuk menyelesaikan segala hambatan untuk melakukan kebaikan tersebut,” pesannya.
Reporter: Sarah Rismayanti (SITHR, 2017)