Akselerasi 3 Kali, Muhammad Rakha Dizionario Jadi Mahasiswa Tingkat Akhir Termuda ITB di Usia 19 Tahun

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Muhammad Rakha Dizionario, mahasiswa tingkat akhir termuda di ITB saat ini (Dok.Muhammad Rakha Dizionario)

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Rakha Dizionario, menjadi mahasiswa tingkat akhir termuda di ITB di usianya yang menginjak 19 tahun.

Mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) angkatan 2020 ini menjadi mahasiswa termuda karena mengikuti tiga kali program akselarasi.

Rakha mengikuti program akselerasi pada saat SD, SMP, dan SMA, dengan mempercepat waktu belajarnya masing-masing selama satu tahun. Pada saat SD dan SMP, dia mengikuti program akselerasi didorong oleh keinginan orang tua.

Namun, pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi, lantaran dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.

Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun, pada saat SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat. Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.

Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Lantaran dia merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda daripada teman-temannya.

Namun, setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas di sana.

Kemudian dia aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika “TERRA” ITB. Hal ini sekaligus menjadi pengalaman baru baginya, sebab dia saat SMA tidak aktif dalam berorganisasi. Dengan menjadi ketua wisuda, tim kaderisasi, dan supervisi bidang pengembangan, Rakha menjadi lebih berkembang dan menguasai banyak soft skill.

“Dengan gua mengikuti hal kayak begitu, itu ngembangin diri gua banget, gua ga nyeselnya di situ, gua ikutin wadah itu, dan itu menurut gua menjadi pengalaman yg gabisa dilupain dan mengubah hidup gua” ujarnya pada Kamis (7/3/2024).

Setelah menjalani perkuliahan di Program Studi Teknik Geofisika selama beberapa tahun, Rakha menyadari dirinya memiliki minat di bidang pertambangan. Maka dari itu dia memutuskan untuk melanjutkan S2 Rekayasa Pertambangan ITB.

Dengan mengikuti program fast track, Rakha bisa menyelesaikan S2 lebih cepat karena sudah mulai mengambil beberapa mata kuliah S2 dari semester 7 dan 8. Hal tersebut membuatnya juga dapat menyelesaikan S2 di usianya yang baru 20 tahun.

Dia pun memberikan pesan kepada para sesama mahasiswa akselarasi serta yang berniat mengikuti program fast track pada prodi yang akan dipilih.

"Untuk akselarasi, menurut saya buat dulu tujuannya mau seperti gimana. Kalau bisa se-visioner mungkin. Kemudian dari sana apakah perlu aksel atau tidak," ucapnya.

"Untuk fast track bisa menentukan dulu mau kerja atau S2 dulu. Menurut saya kalau mau S2 dulu, khususnya prodi Pertambangan, bisa memahami aspek pertambangan lebih dalam lagi," lanjutnya.

Reporter: Difo Faizi Pratama (Teknik Geofisika, 2020)