Alih Semester

Oleh

Editor

Dengan belasan ribu mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang terdaftar sebagai mahasiswa di ITB, masa registrasi ulang di tiap semester adalah salah satu masa paling sibuk bagi Direktorat Pendidikan, Direktorat Keuangan, dan Lembaga Pengembangan dan Kesejahteraan Mahasiswa (LPKM). Direktorat Pendidikan sibuk mengurusi nilai-nilai yang baru masuk, Direktorat Keuangan sibuk dengan pembayaran uang kuliah semester baru, sementara LPKM sibuk menangani ribuan mahasiswa yang harus menunda pembayaran uang kuliah mereka untuk semester baru. Mampirlah ke Campus Center Barat lantai bawah, dimana Lembaga Pengembangan dan Kesejahteraan Mahasiswa berada. Pada masa-masa alih semester, terutama pada saat menjelang akhir batas pembayaran uang kuliah semester baru, tempat ini akan penuh sesak dengan para mahasiswa yang sedang mengurus surat penundaan pembayaran uang kuliah. Tidak tanggung-tanggung, setiap semester, sekitar 1000 lebih mahasiswa sarjana dan pascasarjana menunggak uang kuliahnya, yang berarti 2 milyar rupiah lebih macet masuk ke kas ITB setiap semesternya. Padahal dana ini sedianya digunakan untuk pembiayaan biaya operasional rutin, seperti untuk membayar gaji dosen. Di lain pihak, digitalisasi perkuliahan memang merupakan suatu keharusan bagi institusi perguruan tinggi sekelas ITB. Sistem pembayaran autodebet, sistem perwalian online, kesemuanya itu adalah pembaharuan untuk mempermudah baik mahasiswa maupun ITB dalam pengorganisasian perkuliahan. “Jadi ingat sewaktu pembayaran kuliah belum autodebet. Waktu itu panjang antrian di depan BNI dalam kampus dan BNI di Jalan Ganesha benar-benar luar biasa,” ungkap Yuda, mahasiswa tingkat akhir prodi Kimia. Sedangkan bagi para mahasiswa rantau, perwalian online jelas sangat membantu. “Saya bisa minta tolong teman untuk mengisikan rencana studi saya sementara saya masih berlibur di kampung halaman,” cerita salah satu mahasiswa yang berkampung halaman di Medan. Namun sayangnya, pada hari pertama pengisian rencana studi untuk semester genap tahun akademik 2006/2007, beberapa mahasiswa yang mendaftar secara online menemui kesulitan. “Sudah 2 kali saya berusaha login menggunakan password yang diberikan oleh tata usaha prodi, namun tertulis bahwa password yang saya masukkan salah, padahal teman-teman saya yang lain sudah dapat mengisi rencana studinya,” keluh Nurul, mahasiswi Sekolah Farmasi. Rupanya kendala ini juga dialami oleh cukup banyak mahasiswa yang lain. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, adalah batas pendaftaran ulang. Lewat dari pukul 16.00 pada tanggal 2 Februari 2007, maka mahasiswa ITB hanya dapat mendaftar nol SKS (Sistim Kredit Semester). Kasus telat mendaftar ulang ini bukannya tidak pernah terjadi. “Seorang teman saya pernah terpaksa mendaftar nol SKS karena ia telat setengah jam dari batas waktu yang seharusnya,” tukas seorang mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen.