Alumni ITB Buat Paving Block Berpori untuk Mencegah Banjir
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Bencana banjir seringkali terjadi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah luas daerah resapan air yang berkurang akibat proses pembangunan yang menggunakan material kedap air. Material tersebut membuat air hujan tidak terserap ke dalam tanah yang kemudian terjadi limpasan dan banjir.
Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, alumni Teknik Fisika ITB 2013, Anisa Azizah bersama dengan timnya di bawah bimbingan Prof. Bambang Sunendar, Ph.D., berhasil menciptakan paving block berpori yang mampu menyerap air. Paving block yang mereka kembangkan mampu ditembus oleh air sebanyak 1000 mm/hari dan memiliki kekuatan yang tinggi dengan bantuan zat kimia. Oleh karena itu, paving block tersebut memiliki kekuatan mencapai K-200 sampai K-350 atau setara dengan paving block kelas B atau A.
Melihat potensi dan manfaat dari produk tersebut, Paving block yang sebelumnya hanya produk laboratorium berhasil mereka komersialisasikan melalui sebuah startup yang bernama Tech Prom Lab dengan produknya PoreBlok. Produk ini telah hadir di 10 lokasi di Bandung, Sumedang, dan Tangerang yang dapat dipergunakan untuk perumahan, pemukiman, dan lapangan sekolah. Dalam proses pembuatan produknya, Tech Prom Lab juga melakukan kerja sama dengan produsen paving block lokal dengan melakukan transfer teknologi di beberapa paberik di Tasikmalaya dan Tangerang.
Untuk proses pendanaan, Tech Prom Lab telah berhasil mendapat pendanaan berupa hibah. Dana hibah berasal dari perusahaan Jepang, Leave a Nest, dan pemerintah daerah Ota-City di Tokyo, yang kemudian bekerja sama dengan perusahaan lokal, Seki Ironworks dalam perancangan dan pembuatan salah satu mesin penyaring (gravel solter) untuk proses produksi PoreBlock. Mesin gravel solter ini bersifat semi otomatis yang dapat menyaring agregat menjadi 4 ukuran yang dapat dimanfaatkan baik dalam pembuatan PoreBlock maupun produk bahan bangunan lainnya.
Mesin hasil kerja sama tersebut sudah berhasil dikembangkan dan telah dipamerkan di The 9th Hyper Interdisciplinary Conference 2020 di Tokyo, Jepang dan sudah dikirim ke Tasikmalaya, Indonesia pada 11 September 2020 lalu. “Mesin penyaring agregat ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi PoreBlock. Karena selama ini penyaringan dilakukan secara manual sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan ukuran yang dibutuhkan,” imbuh Anisa.
Hingga saat ini telah banyak prestasi yang diraih oleh Tech Prom Lab. Di antaranya adalah menjadi Grand Winner GSI 2018, Grand Winner Tech Planter Indonesia 2019, Grand winner Tech Planter World Communication 2020, Grand Winner Tech Planter Southeast Asia, dan juga mengikuti UNDP X 500 Startups Impact Aim Project.
Meskipun memiliki banyak prestasi, Anisa bersama dengan timnya tentu tidak lepas dari masalah dan tantangan dalam mengembangkan Tech Prom Lab. Selain masalah umum seperti pengembangan tim, manajemen operasi, pendanaan dan perbedaan latar belakang dari tim. Anisa juga mengatakan bahwa kurangnya pengalaman turut menjadi kendala dalam pengembangan produk ini. “Founders dari Tech Prom Lab merupakan fresh graduate dari ITB baik S1 dan S2 dan tidak memiliki pengalaman serta koneksi di industri konstruksi, sehingga usaha kita lebih keras untuk bisa memasuki ekosistem ini,” ucap Anisa.
Meskipun banyak tantangan dan rintangan, Anisa beserta dengan teman-temannya berhasil dalam mengembangkan produk inovasi yang berguna bagi lingkungan. Ketika ditemui oleh Reporter ITB, Anisa berpesan akan pentingnya kolaborasi dari tahap ide hingga implementasi. “Kami yakin, tujuan kami untuk membantu menyelesaikan banjir tidak akan bisa kami lakukan sendiri. Perlu bantuan dan kolaborasi dari berbagai pihak agar usaha positif yang kami lakukan dapat berdampak luas,” pungkasnya.
Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2021)