Atasi Masalah Pertanian di Purwakarta, Mahasiswa KKN ITB 2024 Membuat Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik Cair
Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022
Editor Anggun Nindita
PURWAKARTA, itb.ac.id - Kelompok 11 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Bandung (ITB) 2024, melakukan pelatihan pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik cair di Dusun 1, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta pada tanggal 6-27 Agustus 2024.
Program tersebut bertujuan mendukung pertanian berkelanjutan serta memberdayakan masyarakat setempat. Lantaran sulitnya akses terhadap pupuk akibat harganya yang mahal dan kondisi jalan yang tidak memadai.
Sebagian besar warga Parungbanteng bekerja sebagai petani, sehingga pupuk menjadi kebutuhan utama. Maka dari itu, 17 mahasiswa ITB merancang solusi berupa Pupuk Organik Cair (POC), yang terbuat dari fermentasi limbah pertanian, sisa makanan, dan kotoran hewan. POC dipilih karena dapat menjaga kesuburan tanah tanpa mencemari lingkungan, serta mengandung unsur hara yang beragam.
Proses implementasi program ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelatihan. Pada tahap perencanaan dilakukan survei dan wawancara kepada setiap kelompok tani yang ada di Dusun 1. Didapatkan bahwa pupuk merupakan masalah utama bagi para petani.
Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Kelompok 11 memulai pelaksanaan dengan melakukan modifikasi alat fermentasi. Alat yang dibutuhkan harus dalam keadaan tertutup dan memiliki filter untuk menampung pupuk organik cair yang sudah jadi.
Setelah itu, dilakukan proses pencampuran bahan-bahan organik, seperti limbah pertanian, sisa makanan, dan kotoran hewan. Campuran bahan organik kemudian diberi bakteri supaya dapat memproses campuran menjadi pupuk organik cair. Supaya bakteri dapat bekerja, langkah selanjutnya adalah proses fermentasi selama 14 hari.
Kelompok 11 kemudian melakukan pelatihan pembuatan pupuk organik cair kepada 3 kelompok tani yang ada di Dusun 1. Pelatihan dilaksanakan dengan metode pemaparan materi, demonstrasi alat dan bahan, serta diskusi bersama warga.
Pada saat pelatihan juga ditunjukkan hasil pupuk organik cair yang sebelumnya sudah difermentasikan selama 14 hari. Selain itu, pupuk organik cair juga langsung diaplikasikan ke salah satu sawah warga sebagai bentuk pelatihan terkait cara penggunaan pupuk organik cair tersebut.
Pelatihan pembuatan pupuk organik cair ini diharapkan dapat pengalaman serta pengetahuan baru bagi warga desa dalam mengelola lahan pertanian.
“Pelatihan pembuatan pupuk organik cair ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian warga dalam pembuatan pupuk untuk sawah mereka, serta mengoptimalkan hasil panen," ujar Ketua Kelompok 11, Axel (BE’22).
Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)