Aula Barat dan Aula Timur ITB, Bangunan Kembar yang Tak Lekang Oleh Waktu
Oleh Akbar Syahid Rabbani
Editor Akbar Syahid Rabbani
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia, hal ini menjadikan bangunan-bangunan di ITB memiliki arsitektur yang kental dengan suasana tempo dulu. Bangunan yang menarik untuk diperhatikan adalah dua bangunan kembar yaitu aula barat dan aula timur ITB yang dirancang oleh seorang arsitek dari Belanda, yaitu Henry Maclaine Pont pada tahun 1918. Aula barat dan aula timur ITB sendiri, adalah satu dari empat bangunan di Indonesia yang telah dirancang oleh Henry Maclaine Pont, yang pada masanya telah melahirkan seni yang disebut sebagai arsitektur Indisch, yaitu arsitektur yang memadukan unsur nusantara dengan arsitektur Eropa.
Menurut Dr.Ing. Himasari Hanan, MAE, dosen program studi Arsitektur ITB, keistimewaan aula barat dan aula timur adalah pertemuan antara beberapa teknologi modern yang ada pada saat itu, yang diwakili oleh laminater wood, yaitu kayu yang berlapis-lapis yang mengisi kolong bangunan tersebut. Selain itu, Himasari Hanan juga mengatakan bahwa komposisi yang apik dari kedua bangunan ini, dimana terdapat keseimbangan di setiap bagian, menjadikan aula barat dan aula timur semakin megah dan monumental.
Salah satu hal yang menarik perhatian dari bangunan kembar aula barat dan aula timur adalah atap yang dimilikinya. Atap tumpu dengan gaya tradisional membuat citra lokal yang diambil dari berbagai macam model atap yang ada di Indonesia berpadu membentuk keserasian dengan gaya bangunan Eropa modern. Beberapa aspek tradisional yang terdapat di aula barat dan aula timur adalah bentang atap yang besar dan terbuat dari kayu yang kecil-kecil. Pengaturan ventilasi, ruang dan pintu masuk yang sesuai dengan iklim tropis menjadikan bangunan ini dianggap cukup sempurna di masa itu.
Jika dilihat dari segi fungsi aula barat dan aula timur ITB yang sama sekali tidak mengalami perubahan dari awal pembangunannya, maka dapat dikatakan bahwa bangunan kembar ini memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Bentuk bangunan yang tidak pernah diganti pun membuat bangunan kembar ini semakin layak untuk terus dijaga keasliannya. Meskipun beberapa bagian pernah mengalami kerusakan ringan karena termakan usia, bagian-bagian tersebut hanya diganti secukupnya tanpa mengubah kerangka dasar aula barat dan aula timur ITB. Dengan tidak adanya perubahan yang berarti pada bangunan kembar tersebut, maka aula barat dan aula timur ITB memang tak pernah lekang oleh waktu.
Salah satu hal yang menarik perhatian dari bangunan kembar aula barat dan aula timur adalah atap yang dimilikinya. Atap tumpu dengan gaya tradisional membuat citra lokal yang diambil dari berbagai macam model atap yang ada di Indonesia berpadu membentuk keserasian dengan gaya bangunan Eropa modern. Beberapa aspek tradisional yang terdapat di aula barat dan aula timur adalah bentang atap yang besar dan terbuat dari kayu yang kecil-kecil. Pengaturan ventilasi, ruang dan pintu masuk yang sesuai dengan iklim tropis menjadikan bangunan ini dianggap cukup sempurna di masa itu.
Jika dilihat dari segi fungsi aula barat dan aula timur ITB yang sama sekali tidak mengalami perubahan dari awal pembangunannya, maka dapat dikatakan bahwa bangunan kembar ini memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Bentuk bangunan yang tidak pernah diganti pun membuat bangunan kembar ini semakin layak untuk terus dijaga keasliannya. Meskipun beberapa bagian pernah mengalami kerusakan ringan karena termakan usia, bagian-bagian tersebut hanya diganti secukupnya tanpa mengubah kerangka dasar aula barat dan aula timur ITB. Dengan tidak adanya perubahan yang berarti pada bangunan kembar tersebut, maka aula barat dan aula timur ITB memang tak pernah lekang oleh waktu.