AVA, Inovasi Kendaraan Otonom Karya ITB untuk Kemandirian Teknologi Indonesia
Oleh Merryta Kusumawati - Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Fakultas Teknologi Industri bersama mitra industri nasional tengah mengembangkan kendaraan otonom Autonomous Vehicle Adaptive/AI (AVA). Inovasi ini lahir dari kebutuhan menghadirkan kendaraan otonom yang efisien, hemat biaya, dan sesuai dengan kondisi Indonesia.
“AVA adalah upaya kami untuk menghadirkan kendaraan otonom buatan dalam negeri yang aman, efisien, dan adaptif. Kami ingin membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi produsen teknologi, bukan sekadar pengguna,” ujar Augie Widyotriatmo, S.T., M.T., Ph.D., dosen FTI ITB, sekaligus peneliti utama proyek AVA.
Teknologi Kamera Adaptif dan AI
AVA menonjol berkat pendekatan teknologi yang berbeda dari kebanyakan kendaraan otonom global. Jika produk lain bergantung pada sensor mahal seperti LIDAR, AVA menggunakan sistem kamera adaptif yang dipadukan dengan algoritma kecerdasan buatan (AI). Strategi ini membuat biaya produksi lebih rendah, namun tetap mumpuni untuk menghadapi kondisi lapangan di Indonesia.
“Dengan pendekatan berbasis kamera adaptif dan computer vision, kami bisa menghadirkan solusi yang lebih ekonomis sekaligus efektif. Teknologi ini dirancang agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan infrastruktur dan lingkungan di Indonesia,” ujar Augie.
Kolaborasi Kampus dan Industri

Pengembangan AVA melibatkan kolaborasi erat antara ITB dengan mitra strategis. ITB berfokus pada riset dan inovasi teknologi, PT Sibernetika mengembangkan sistem integrasi dan perangkat lunak, PT TESA mendukung manufaktur, sementara PT AVS berperan dalam sistem kendali rendah dan human-machine interface (HMI).
“Kami menggabungkan keunggulan masing-masing pihak. Kolaborasi ini menciptakan ekosistem inovasi yang lengkap, mulai dari riset di laboratorium hingga produk siap digunakan di industri,” kata Augie.
Uji Coba Prototipe

Prototipe AVA telah menunjukkan hasil uji coba yang menjanjikan. Kendaraan ini mampu bergerak mandiri, mengenali rintangan, dan menjaga lintasan dengan stabil. Sistem keamanan juga didukung oleh kontrol redundan dan pengawasan berlapis, menjadikannya andal untuk beroperasi di kawasan terbatas seperti bandara dan kawasan industri.
“Hasil uji coba menunjukkan AVA sudah mampu bergerak mandiri dengan stabil, sekaligus menjaga aspek keselamatan melalui sistem pengawasan berlapis,” tutur Pak Augie.
Visi Jangka Panjang


AVA diproyeksikan menjadi kendaraan otonom buatan Indonesia yang bisa diterapkan secara luas. Dalam jangka pendek, AVA akan beroperasi sebagai prototipe di bandara dan kawasan industri. Jangka menengah diarahkan pada produksi terbatas, dan jangka panjang ditargetkan ekspansi ke pasar internasional.
“Target kami jelas: dalam waktu dekat AVA bisa digunakan di kawasan industri dan bandara. Ke depan, kami ingin Indonesia menjadi produsen teknologi kendaraan otonom yang dapat bersaing di pasar global,” ujar Augie.
Reporter: Merryta Kusumawati (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025)


.jpeg)




