Azarya Adirama Harumkan Nama ITB di Kompetisi Nasional MIPA 2021
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Menjadi juara kompetisi tingkat nasional merupakan kebanggaan tersendiri. Namun, bagi Azarya Adirama, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Insistut Teknologi Bandung (ITB), menjadi juara berarti lebih dari itu. Baginya, menjadi juara adalah suatu mukjizat. Pasalnya, dia mesti berjuang melawan depresi berat sejak dua minggu sebelum Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) 2021.
KNMIPA sendiri telah menggelar seleksi pada Februari 2021 lalu. Mereka menyaring peserta dari perguruan tinggi di tingkat wilayah hingga ke tingkat nasional. Azarya melewati semua itu dengan berkerja keras.
Mengikuti kompetisi pada masa TPB, mahasiswa Kimia asal Jakarta ini berusaha memahami konsep dengan membaca materi pada textbook. Dia juga mengerjakan soal sebanyak-banyaknya untuk menguji pemahamannya. Sayangnya, proses belajar selama liburan ini ternyata kurang efektif, bahkan membuatnya stres dan depresi. Dia sampai bolak-balik rumah sakit untuk mendapat penanganan dari psikiater.
Kemalangannya tidak berhenti di situ. Arya, panggilan akrab Azarya, mengalami misdiagnosis. Dia mendapat obat-obatan keras dengan dosis berat yang membuatnya linglung dan sulit berkonsentrasi. Arya pun menjadi pesimis untuk mendapatkan medali. Dia sempat berniat mengundurkan diri, tetapi tekadnya untuk berprestasi menghentikan niat tersebut.
“Dalam kondisi itu, saya terus berdoa kepada Tuhan, meminta jalan keluar. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap mengikuti lombanya, meski hingga satu hari sebelum kompetisi saya masih keluar-masuk rumah sakit,” ungkap Arya.
Efek samping obat-obatan membuat Arya tidak maksimal dalam menjawab soal. Dia hanya dapat mengandalkan kecepatannya mengerjakan banyak soal dalam waktu terbatas. Padahal, dia memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving) yang baik. Rasa kecewa kepada diri sendiri sempat menghampirinya.
Meski demikian, rezeki tidak tertukar. Meski mengikuti lomba dalam kondisi terbatas, Arya keluar sebagai salah satu peraih medali emas bidang kimia pada KNMIPA 2021.
“Mukjizat Tuhan memang nyata. Saya berhasil mendapat emas, dan pada hari itu juga usaha mencari second opinion dari rumah sakit lain membuahkan hasil. Keadaan saya tidak seburuk diagnosa dokter di rumah sakit sebelumnya. Obat keras yang diberikan di-stop dan diberi obat penawar efek samping sehingga kondisi saya bisa dipulihkan,” ceritanya.
Pencapaian ini tentu tidak luput dari doa dan dukungan orang tua Arya. Oleh karena itu, dia berpesan untuk selalu memberi tahu dan melibatkan orang tua dalam setiap hal dialami. Dia juga percaya akan kuasa Tuhan.
“Jangan pernah berhenti berharap pada Tuhan dan jangan pernah meragukan kuasa-Nya. Ia tahu apa yang terbaik. Setiap peristiwa dalam hidup ini, baik menyenangkan atau menyedihkan, pasti ada hikmahnya,” kata Arya melanjutkan pesannya.
Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)