Bandung City Forum Mimpikan Bandung sebagai Lovable City

Oleh Nida Nurul Huda

Editor Nida Nurul Huda

BANDUNG, Itb.ac.id - Proyeksi kedepan di tahun 2013, 60% penduduk dunia akan tinggal di kota, entah kota besar, kota kecil, atau pinggiran kota. Sebuah kota harus menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi para warganya atau dengan kata lain sebuah kota haruslah livable. Beranjak dari hal tersebut Himpunan Mahasiswa Planologi (HMP) Pangripta Loka ITB mengadakan Livable City Seminar dan Talkshow Bandung City Forum. Acara tersebut diselenggarakan di Aula Barat ITB pada Jumat (21/02/14).

Bandung City Forum merupakan acara yang terdiri dari dua sesi. Sesi pertama menyampaikan riset-riset yang telah dihasilkan oleh HMP ITB. Sesi kedua turut menghadirkan para Praktisi Perencana, Ir. Bernardus Djonoputro (Ketua Ikatan Ahli Perencanaan), Ir. Kemal Taruc, MSc.,MBA. (Praktisi Perencana), M. Ridwan Kamil,ST.,MUD. (Wali Kota Bandung 2013-2018), Daliana Suryawinata,ST.,M.Arch (Leader of Livable Cities Task Force Indonesia Diaspora Network), dan Dr. Ir. Denny Zulkaidi, MUP. (Ass.Prof. KK Perencana & Perancangan Kota).

Perbaiki Tata Kota Indonesia

Setiap warga kota selalu mengharapkan kota yang ditinggalinya nyaman untuk ditinggali. Dalam mencapai hal tersebut tentu harus terjalin kerjasama yang baik pemerintah dan masyarakatnya. "Selama ini telah banyak konsep yang diusung dalam penataan kota. Pemerintah perlu bahu-membahu dengan masyarakat," ujar Denny dalam penyampaiannya.

Lain halnya dengan Daliana yang tergabung dalam IDN, para Diaspora Indonesia juga turut membangun Indonesia meski tinggal di luar negeri. Ternaung dalam sebuah jejaring besar yang menghubungkan 5,7 juta warga Indonesia di seluruh dunia, Daliana bergerak dalam bidang tata ruang dan arsitektur. Dalam organisasinya tersebut ia mengembangkan  proyek-proyek kecil yang sebelumnya telah ada namun kurang maksimal seperti kota vertikal. "Melakukan perubahan besar dalam tata kota selain sulit dilakukan juga tidak terasa perbedaannya. Lebih baik melakukan proyek-proyek kecil yang terasa perubahannya," ujar Daliana.

Indeks Kenyamanan Kota dan Peran Pemuda

Dalam IAP, Bernardus bersama timnya telah melakukan survei snapshot untuk menghitung Indeks Kenyamanan Kota pada Indonesia Most Livable City Index. Survei tersebut dilakukan rutin dua tahun sekali di beberapa kota besar di Indonesia. Setelah dilakukan survey, di tahun 2009 hanya 45% warga Kota Bandung yang menyatakan bahwa Kota Bandung 'nyaman' untuk ditinggali. Terlebih, hanya 3% warga Kota Bandung yang menyebutkan bahwa penataan kota Bandung baik. Namun, Kota Bandung menduduki peringkat tiga besar dalam aspek pendidikan, infrastruktur, kesehatan masyarakat, dan sosial budaya. Survei tersebut tentunya dapat menjadi acuan bagi pemerintah Kota Bandung dan warganya untuk menata kota. 

"Sebentar lagi kita akan menghadapi tren yang disebut Proses Pengkotaan. Dan hal tersebut akan terjadi pada era Anda sekalian," ujar Kemal. Menurutnya, para perencana selalu merencanakan tata kota untuk 10-20 tahun kemudian. Hal itu jika dilakukan sekarang, tidak lain generasi muda lah yang akan tinggal dalam perencanaan tersebut. Untuk ia menyebutkan bahwa peran pemuda sangat lah besar. "Jangan pernah takut untuk mengambil peran politik!" ujarnya tegas.

Suasana talkshow mendadak semangat, ketika Kang Emil (sapaan untuk Walkot Bandung sekarang) datang. Dengan sedikit kecapaian, karena mengayuh sepeda ke dalam kampus, Kang  Emil pun menyampaikan program kerjanya yang telah ia lakukan selama 5 bulan menjabat sebagai walikota. Program kerja tersebut diantaranya menata kembali taman-taman di Kota Bandung, Bedah Rumah bagi warga pra  sejahtera, Pasukan Pembersih Gorong-Gorong dalam menangani banjir, Pasukan Cepat Tanggap Perbaikan Jalan, bahkan Makan Malam Bersama dan Nonton Bersama warga. "Mimpi saya adalah selain mewujudkan Kota Bandung sebagai Livable City juga Lovable City," harap Kang Emil