Bekraf dan ITB Mendorong Mahasiswa Menjadi Pengusaha Kreatif untuk Menopang Ekonomi Bangsa

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Kepala Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)


BANDUNG, itb.ac.id – Sektor ekonomi kreatif diharapkan menjadi sektor unggulan dan tulang punggung ekonomi bagi Indonesia kedepannya. Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus mendorong semangat para mahasiswa untuk berwirausaha di bidang ekonomi kreatif tersebut.

Hal itu disampaikan Kepala Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari, dalam acara seminar dan pameran startup yang berlangsung di Aula Timur ITB, Sabtu (7/9/2019). Hari mengangkat tema “Menjadi Pengusaha di Sektor Ekonomi Kreatif” dalam acara yang sekaligus menjadi bagian dari Studium Generale ITB.

Ia mengatakan, bahwa Bekraf yang merupakan lembaga pemerintah non kementerian, ingin meningkatkan awareness mengenai wirausaha kreatif di kalangan pelajar atau mahasiswa, karena usaha kreatif diharapkan dapat menjadi tulang punggung ekonomi di Indonesia. Sehingga kedepannya, negara ini tidak hanya kaya akan sumber daya alam saja, namun juga sumber daya intelektual lewat perkembangan ekonomi kreatif.

Selain itu, dengan menjadi entrepreneur, menurutnya, kita tidak hanya jadi pekerja, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan. “Apalagi sekarang sektor ekonomi kreatif banyak diminati dan tidak perlu modal yang besar,” ujar Hari yang juga alumni ITB.

*Foto: Adi Permana/Humas ITB

Ia pun mengajak mahasiswa ITB untuk turut berkontribusi dalam ekonomi kreatif. Dia menjelaskan, meskipun ITB identik dengan jurusan keteknikan, namun hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak bisa berkarya di bidang kreatif. “Misalnya Djoko Anwar, alumni Teknik Mesin ITB yang sukses karirnya sebagai sutradara,” kata Heri memberi contoh. 

Dia juga berpesan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan waktu selama kuliah dengan belajar hal baru.  Misalnya belajar perkembangan bisnis model, dan mempelajari tools yang membantu perkembangan bisnis tersebut.

Pada acara tersebut juga diselenggarakan seminar tentang “Surviving Your Brand in Digital Era” dengan narasumber yaitu COO (Chief Operating Officer) Noore Sport Hijab Adidharma dan MG Digital Marketing Consultan, Fikri Gustin. Pada kesempatan tersebut, Adi dan Fikri membahas bagaimana perusahaannya membangun brand dengan memanfaatkan channel yang ada di dunia digital, seperti cara membangun konten, mengukur ketepatan konten dengan data atau metrics marketing yang tepat sasaran, dan pengenalan brand memanfaatkan advertising digital. 

Setelah itu berlanjut sharing dari Adi mengenai konsep storytelling yang dilakukan perusahaan tersebut dalam menjawab kegelisahan wanita muslim di negara bukan mayoritas muslim saat berolahraga menggunakan hijab. Selain itu, dengan memanfaatkan digitalisasi, Adi juga menyampaikan bagaimana Noore dapat memetakan keputusan bisnis selanjutnya dengan memanfaatkan data dan kebutuhan para customer.

Sementara sesi terakhir, topik yang dibahas lebih menekankan kepada pengenalan startup yang berpartisipasi pada pameran di acara tersebut. Misalnya, salah satu owner startup Glou Cosmetics yaitu Gerha, yang merupakan alumni SBM Angkatan 2011, ini membagikan perjalanannya yang dulu pernah bekerja di perusahaan retail kosmetik hingga bisa mewujudkan cita-citanya menjadi entrepreneur. 

“Harus tahu kapan opportunity bisnis yang menjanjikan datang, menganalisis celah seperti bisnis modelnya dan permodalan yang jelas, serta mengisi celah supaya bisnis bisa sustain,” ungkap Gerha. 

Ia juga mengatakan, menjadi pebisnis mempunyai tanggung jawab besar, apalagi ada karyawan kantor dan orang yang bergantung di bisnis tersebut. Sehingga tidak dapat asal-asalan jika ingin terjun menjadi entrepreneur, lebih kepada memiliki tanggung jawab dalam kontribusinya membangun ekonomi bangsa.

Reporter: Grace Natasya Christiadhi (SBM, 2018)