“Berdaya Bersama Hous-Inc” Raih The Most Unique Perspective pada Ideathon 2023: Transformasi Koridor Jalan Asia Afrika Menjadi Ruang Inklusif

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Kegiatan Ideathon dalam Architecture Without Walls (AWW) tahun 2023 kembali hadir dengan tema "(Un)Usual Archetype: Adaptability for Inclusive Space". Tujuan kegiatan ini untuk menghasilkan ide yang dapat mengatasi permasalahan aktual di ruang-ruang publik secara inklusif melalui kolaborasi.

Peserta Ideathon berasal dari berbagai latar belakang, baik dari kalangan arsitek dan nonarsitek. Mereka mendaftar secara individu dan mengikuti proses seleksi melalui CV, portofolio, serta motivation letter.

Peserta yang berhasil lolos seleksi akan dikelompokkan dalam 6 tim secara acak. Setiap tim akan dibimbing mentor dengan keahlian dan pengalaman dalam ranah inklusivitas kota. Presentasi final dilakukan di POSCO Bandung, Kantor Pos Besar, Jalan Asia Afrika No. 46, Kota Bandung, Rabu (16/08/2023).

Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat, selaku tuan rumah, memberikan tiga kategori penghargaan untuk tiga karya terpilih. Tim 3 yang diisi Naufal Ariq Pangarsa dan Chandra Rio Maulana Akbar (Magister Arsitektur ITB), Ikhsannul Afif Fachrozy (Sarjana Arsitektur UPI), dan Ariefina Marta Rahmavani (Magister Perancangan Arsitektur UI) meraih penghargaan untuk kategori The Most Unique Perspective dengan bimbingan designer dan planner di Yayasan Kota Kita Surakarta, Bima Pratama Putra.

Tim 3 menghasilkan karya berjudul "Berdaya Bersama HOUS-INC". Berbeda dengan tim lain yang lebih fokus pada tapak berskala mikro, Tim 3 menetapkan skala kawasan yang lebih besar. Tim ini berfokus pada transformasi koridor Jalan Asia Afrika. Kota Bandung, yang selama ini diokupasi pedagang kaki lima (PKL), menjadi ruang inklusif bagi semua kalangan.

Ide-ide inovatif digali untuk mengatasi masalah urban slum di tengah kota, terutama terkait kondisi pemukim informal yang mayoritas lansia. Tim mengusulkan konsep micro housing yang ramah terhadap lansia sebagai solusi jangka pendek. Micro housing akan menyediakan tempat tinggal sementara yang dekat dengan lokasi kerja para PKL. Hal tersebut memungkinkan mereka tetap menjalankan aktivitas ekonomi tanpa harus berpindah ke area baru.

Tim ini mengusung gambaran konsep circular economy dalam pemberdayaan komunitas yang saling terintegrasi. Dengan elemen adaptabilitas, akuntabilitas, dan skalabilitas, terbentuk siklus dari tiga aspek dasar seperti warga pemukim informal dan pemerintah yang saling bekerja sama sehingga mampu meningkatkan kualitas ekonomi menjadi lebih baik, terutama bagi masyarakat pemukim informal. Setelah ekosistem terbentuk, akuntabilitas dapat meningkat dengan pengukuran pajak dan retribusi yang lebih terukur. Oleh karena itu, gagasan ini dapat menjadi proyek percontohan yang terukur (skalabilitas) dan meningkatkan survival chance bagi masyarakat (adaptabilitas) dengan meningkatkan kualitas hidup pemukim informal.

Proyek ini juga mencakup perubahan infrastruktur demi mewujudkan inklusivitas, termasuk alun-alun, ramp disabilitas, social amphitheater, jalur pedestrian, jalur kendaraan, jalur sepeda, guiding block, dan inner courtyard. Konsep pengaturan lalu lintas one way one lane juga diimplementasikan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki serta pembeli dagangan.

Dalam pelaksanaan Ideathon ini, Tim 3 mengalami banyak pertukaran gagasan karena latar belakang para anggota yang beragam. "Kami memperoleh banyak relasi baru, pengalaman baru, dan ide-ide baru," kata Chandra Rio Maulana Akbar.

Namun, keberagaman tersebut terkadang memunculkan perbedaan pendapat saat sesi diskusi. Naufal Ariq Pangarsa menjelaskan Bima sebagai mentor berperan membimbing sekaligus memediasi tim. "Justru berbagai macam ide inilah yang ditonjolkan dalam Ideathon," ujarnya.

Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota 2019)

Editor: M. Naufal Hafizh