Berikan Kuliah Umum, H.E. Darmansjah Djumala Sampaikan Strategi Politik Luar Negeri Indonesia di Era Industri 4.0
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Revolusi industri 4.0 membawa peluang sekaligus tantangan bagi semua negara tak terkecuali Indonesia. Perkembangan teknologi yang masif menjadi motor penggerak utama sekaligus prasyarat kompetensi untuk dapat menjadi pemain di dalamnya. Industri kolaboratif yang tak lagi dibatasi oleh batas geografi dan budaya dalam rantai pasok dan distribusi pasarnya menuntut adanya kebijakan politik luar negeri yang adaptif dan mampu mengakomodasi perubahan tatanan ekonomi tersebut di masa yang akan datang.
Hal inilah yang melatarbelakangi H.E. Dr. Darmansjah Djumala,M.A., selaku Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia saat akan memberikan kuliah umum di ITB yang bertemakan “Diplomasi Ekonomi dan Industri 4.0 dalam Perspektif Kebijakan Politik Luar Negeri” di Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Kamis (31/1/2019).
Jika dilihat dari jumlah pengguna internet Indonesia yang sudah mencapai angka 143,7 juta dan menempati peringkat tiga di Asia, Indonesia sebetulnya sudah siap dalam era industri 4.0. Berbagai platform bisnis online yang telah menjamur juga membawa implikasi bahwa masyarakat Indonesia sudah menjadi konsumen potensial. Meski demikian, tantangan yang dihadapi ialah kestabilan distribusi kebutuhan harus dijaga guna meningkatkan inklusivitas dan membawa manfaat langsung bagi rakyat di tengah persaingan global.
Darmansjah mengatakan, pemerintah mengharapkan industri 4.0 dapat memacu perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selain juga meningkatkan net-export Indonesia. Bahkan prediksi di tahun 2030, bahwa net-export akan berkontribusi sebesar 10% dari total GDP Indonesia dan membuat output produksi bertambah menjadi dua kali lipat.
Untuk itu, revitalisasi diplomasi ekonomi di era industri 4.0 akan dilakukan sejalan dengan Road Map Making Indonesia 4.0 yaitu mengintensifkan keterlibatan institusi-institusi pemerintah, pelaku usaha, lembaga riset dan pendidikan, penyedia teknologi, serta organisasi internasional. Semua langkah pengintegrasian tersebut diharapkan dapat mempercepat visi Indonesia untuk dapat konsisten berada dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Agar dapat berkompetisi di ranah perdagangan global, tentunya hal yang pertama kali harus dikuatkan yaitu perekonomian dalam negeri. Maka dari itu pada tingkat nasional, dijelaskan Darmansjah, pemerintah ingin lebih mengeksplorasi potensi-potensi lokal dengan terlebih dahulu menyusun strategic plan yang berisi identifikasi gaps kesiapan industri nasional dengan spesifikasi era 4.0.
Pada tingkatan internasional, Indonesia akan memperkuat kerjasama bilateral maupun multilateral. Contoh kerja sama multilateral yang saat ini digadang-gadang yaitu kerjasama Indonesia dengan UNIDO (United Nations Industrial Development). yang disampaikan pada General Conference ke-17 bulan November 2018 dengan posisi UNIDO sebagai honest broker. Adapun dalam konferensi tersebut telah dikeluarkan rancangan usulan pembentukan Capacity Building Center for Industry 4.0 di Indonesia. Target lain yang juga tengah dirancang yaitu Future Partnership Country Programme untuk industri maritim dan berbagai industri kreatif lainnya.
*Rektor ITB Prof. Kadarsah Suryadi (kanan) memberikan cendera mata kepada Dubes RI untuk Austria dan Slovenia Darmansjah Djumala usai memberikan kuliah umum. (Dok. Humas ITB)
Di akhir kuliahnya, Darmansjah kembali menekankan bahwa, “Fenomena paradigma sosial tak bisa diabaikan, justru kebijakanlah yang harus mengakomodasinya. Inilah challenge untuk para regulator,” katanya. Oleh karena itu ia berpesan kepada para kalangan akademisi ITB untuk berperan aktif dalam mengawal kebijakan perekonomian yang dicanangkan pemerintah sekaligus menjadi garda terdepan yang mewacanakan industri 4.0 di masyarakat luas.
Reporter: Karimatukhoirin