Bincang Sore FGB-ITB: Hakikat Kegurubesaran, Peran, Tanggung Jawab, dan Strategi Pencapaiannya

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Forum Guru Besar (FGB) ITB mengadakan acara Bincang Sore pada Jumat 29 Juli 2022 secara bauran dari pukul 14.00 s.d 16.00. Bincang sore ini bertemakan "Kegurubesaran di ITB: Peran, Tanggung Jawab, dan Strategi Pencapaiannya".

Pada acara ini ada tiga pembicara yang membagikan pandangan dan pengalamannya, yaitu Prof. Harijono A. Tjokronegoro, Prof. Suhono Harso Supangkat dan Prof. Delik Hudalah. Acara Bincang Sore FGB dipandu oleh Prof. Andri Dian Nugraha.

Pada bagian awal, Prof. Edi Tri Baskoro, memberikan sambutan sebagai Ketua FGB ITB dan menyampaikan tentang peran FGB-ITB untuk pengembangan kegurubesaran di ITB. Kegiatan Bincang Sore ini adalah bagian upaya untuk pengembangan kegurubesaran di ITB dan diharapkan dapat memberikan motivasi bagi dosen muda untuk berkarya serta meningkatkan produktivitas.

Prof. Harijono, sebagai pembicara pertama memberikan pandangan tentang hakikat dari sebuah Perguruan Tinggi yang merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya untuk kemajuan bangsa. Kemajuan budaya sebuah bangsa akan terjadi jika ada intervensi ilmu pengetahuan.

Hal ini dapat terjadi karena di dalam sebuah perguruan tinggi terdapat tiga pilar utama, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan akan menghasilkan pelaku pembangunan bangsa yang terpelajar, penelitian akan menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat akan meningkatkan keberdayaan potensi masyarakat untuk mendapatkan nilai keberadaannya.

ITB sebagai bagian dari Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia memiliki peran penting dalam menentukan profil karya pendidikan dan penelitian untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Hal ini tentu didukung oleh peran academic leader dan penjaga norma akademik di dalam kampus guna membangun dan menjaga nilai, keunggulan serta tradisi Perguruan Tinggi.

Lebih lanjut, Prof. Harijono menyampaikan bahwa Guru Besar adalah panutan masyarakat akademik yang berfungsi sebagai pembangun, penegak, serta penjaga academic values & wisdom. Selain itu, seorang Guru Besar juga sebagai pemimpin akademik yang arif bagi komunitasnya dan masyarakat secara umum.

Pada sisi lain, Prof. Suhono memberikan gambaran tentang pentingnya lingkungan, dalam hal ini Kelompok Keahlian sebagai wadah untuk kenyamanan dan produktivitas untuk setiap anggotanya. Setidaknya ada lima tugas Ketua Kelompok Keahlian, dan satu di antaranya adalah mengembangkan dan membina karier dosen dalam lingkup kelompok keahlian. Dalam praktiknya tentu ada proses mentoring yang memberikan motivasi, dukungan, pendampingan, training dan pengawasan.

Prof. Delik sebagai pembicara ketiga berbagi pengalaman mencapai Guru Besar pada usia kurang dari 40 tahun. Faktor lingkungan memiliki peran penting dalam proses kegurubesaran. Selain faktor lingkungan, ada strategi yang perlu dirancang, di antaranya adalah konsisten dalam menjaga kualitas penelitian dan disiplin melakukan perasipan setiap dokumen yang berhubungan dengan kepangkatan.

Sebagai kesimpulan Bincang Sore, Prof. Nanang T. Puspito, Ketua Komisi Kegubesaran FGB ITB menyampaikan dua catatan. Yaitu ITB sebagai pusat pengembangan ilmu dan budaya bangsa harus didukung oleh Guru Besar yang memiliki produktivitas dalam karya sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni serta mempunyai perhatian terhadap permasalahan bangsa. Selanjutnya diperlukan mentoring dan suasana lingkungan yang nyaman untuk memacu lahirnya guru besar dalam usia muda.

Sumber: Rilis FBG-ITB


scan for download