Forum Guru Besar ITB Bahas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Pembangunan yang berkelanjutan menjadi misi pemerintah menuju Indonesia 2045. Menyikapi hal ini, Forum Guru Besar ITB menyelenggarakan webinar membahas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB, Jumat (23/6/2023).

Acara FGB ITB kali ini menghadirkan narasumber Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, S.T., M.Si., M.Eng., Ph.D., dengan tiga penanggap yakni Ketua Senat Akademik ITB Prof. Hermawan K. Dipojono, Guru Besar FTI ITB Prof. Yazid Bindar, dan Guru Besar SAPPK ITB Prof. Delik Hudalah. Rangkaian acara dipandu oleh Ketua Komisi III FGB ITB Prof. Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D.

Forum FGB ITB kali ini mengangkat judul “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Fokus: Pendidikan, Energi, dan Pengembangan Wilayah)”. Hal yang melatarbelakangi tema tersebut yakni masih banyaknya tantangan yang harus dihadapi bangsa menuju Indonesia Emas 2045 khususnya dalam hal pembangunan. Ketua FGB ITB Prof. Edy Tri Baskoro, M.Sc., Ph.D., mengatakan, fokus diskusi dititikberatkan pada tiga hal yakni pendidikan, energi, dan pengembangan regional.

Mengenal RPJPN

RPJPN merupakan dokumen hidup yang disusun setiap 20 tahun sekali untuk mencerminkan kebutuhan negara. Dokumen ini menjadi pedoman hidup bagi setiap elemen masyarakat dalam membangun Indonesia. Dalam presentasinya, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, terdapat lima sasaran visi Indonesia Emas 2045 yakni mewujudkan negara nusantara berdaulat maju dan berkelanjutan. Indonesia diharapkan memiliki pendapatan perkapita setara negara maju, kemiskinan menuju 0% dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh di dunia meningkat, daya saing Sumber Daya Manusia berkualitas dan setara negara maju, dan emisi gas rumah kaca menurun menuju Net Zero Emission (NZE).

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D.

Misi Indonesia mencapai tujuan tersebut dirumuskan ke dalam 8 misi yakni transformasi sosial; transformasi ekonomi; transformasi tata kelola; supremasi hukum, stabilitas, dan kepemimpinan Indonesia; ketahanan sosial budaya dan ekologi; pembangunan kewilayahan yang merata dan berkeadilan; sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah lingkungan; kesinambungan pembangunan.

Dia mengatakan, kualitas pendidikan merupakan salah satu poin penting mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul (Transformasi Sosial). Oleh karena itu, terdapat tiga arah pembangunan yakni kesehatan untuk semua, pendidikan kualitas yang merata, perlindunagn sosial yg adaptif.
"SDM yang unggul mampu berperan dalam peningkatan ekonomi negara. Produktivitas yang tinggi menjadi titik kunci peningkatan ekonomi. Sehingga perlunya transformasi ekonomi," ujarnya.

ITB diharapkan mampu mendorong industrialisasi, dan menciptakan sumber-sumber ekonomi yang baru sehingga dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun tahapan menuju peningkatan ekonomi, menurut Amelia, yakni melalui hilirisasi SDA (tambang/non tambang) sehingga mampu mendorong kompleksitas ekonomi meningkat di tahap kedua (akselerasi transformasi), lalu terjadi ekspansi global di mana Indonesia menjadi power house dalam rantai global.

Tantangan Transformasi

Tantangan dalam transformasi datang silih berganti. Pertama terkait kreativitas yang menjadi kunci peningkatan ekonomi. Prof. Hermawan menambahkan perguruan tinggi berperan penting mewujudkannya karena perguruan tinggi sebagai nation engine for technology development. Namun, saat ini Indonesia berada di posisi 86 negara kreatif di dunia. Hal ini mengingat 20% APBN untuk pendidkan dan perguruan tinggi hanya mendapat 30% dari 20% dan terus menurun setiap tahunnya. Perguruan tinggi diharapkan mendapat perhatian lebih mengingat tempat kreativitas muncul melalui riset dan inovasi ada di perguruan tinggi.

Prof. Hermawan K. Dipojono

Kedua, dukungan hilirisasi di berbagai perguruan tinggi tidak ada yang totalitas sampai saat ini. Indonesia dikenal dengan kekayaan SDA yang menjadi modal dasar investasi. Namun, cara pengelolaannya belum dijelaskan dengan baik dalam RPJPN. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Yazid Bindar. Menurutnya, peran lulus Teknik Metalurgi dalam negeri kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga perlunya perhatian penuh terutama dalam hilirisasi SDA.

Prof. Yazid Bindar

Ketiga, pengembangan wilayah dan kota di Indonesia yang masih kurang. Prof. Delik Hudalah menyampaikan kebijakan perkotaan menjadi transformasi penting di ekonomi. Pada tahun 1980 muncul konsep world city, 1990-an giant city, sekarang dan kedepannya muncul konsep mega region di mana sistem ekonomi yang kompleks tidak terbatas pada satu kota. Indonesia menjadi negara terbesar keempat dari beberapa versi analisis yang tidak memiliki konsep negara versi mega region. Ke depannya perkembangan kota dilihat dari urbanisasi, sedangkan Indonesia sampai saat ini masih identik dengan konsumsi lahan.

Prof. Delik Hudalah

Pemerintah terus berupaya mengatasi berbagai tantangan yang ada. Dalam bidang peningkatan ekonomi, saat ini tengah digalakan Bioeconomy yang didasarkan pada start up PIVOT BIO karya anak bangsa di US. Amelia berharap hal ini mampu menjadi ekonomi yang berbasis budaya dan kreatif. Dalam bidang energi, pemerintah terus berupaya menyiapkan SDM yang dibutuhkan industri ini khususnya teknik metalurgi. Saat ini pemerintah juga telah membuka jurusan teknik metalurgi di Universitas Hasanuddin.

Ketua FGB ITB Prof. Edy Tri Baskoro memberikan cinderamata kepada Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D.


Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)