Biologi ITB Selenggarakan Kuliah Tamu Manajemen Pemasaran dalam Pengusahaan Objek Wisata Alam di Kawasan Konservasi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Program studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB (SITH ITB) menyelenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah BI4070 Manajemen Bioindustri dan Kewirausahaan. Pada kuliah tamu ini, materi yang disampaikan adalah “Manajemen Pemasaran dalam Pengusahaan Objek Wisata Alam di Kawasan Konservasi secara Berkelanjutan”. Kuliah tamu pada Jumat (4/3/2022) tersebut mengundang Commissioner PT Pulau Impian Millenia, Ir. Hariyadi Budi, MM., Ph.D., sebagai pemateri.

Manajemen pemasaran memiliki definisi singkat yaitu memasarkan sebuah perusahaan dan memasarkan produk dari perusahaan untuk meningkatkan value dari perusahaan. Untuk melakukan manajemen pemasaran objek wisata alam, terdapat empat rumus yang harus dipahami. “Empat rumus tersebut disingkat menjadi 4A, yaitu atraksi, akses, akseptabilitas, dan amenity,” tutur Ir. Hariyadi.

Pertama, atraksi menjadi aspek penting untuk memasarkan sebuah objek wisata alam karena atraksi menjadi daya tarik utama dari sebuah objek wisata.
“Sebagai contoh, di Way Kambas, terdapat resor, danau, serta juga para pengunjung dapat melihat gajah mandi di danau. Atraksi tersebut menjadi hal unik dan daya tarik dari daerah tersebut,” jelas Ir. Hariyadi.

Kemudian, akses juga menjadi hal yang sangat penting karena terkait dengan kemudahan transportasi dan akomodasi. Baik dari segi kenyamanan, keamanan maupun segi biaya. “Maka dari itu, sering terdapat objek wisata yang indah namun tidak laku karena memiliki akses yang sulit dan juga memberikan ketidaknyamanan pada pengunjung,” papar Ir. Hariyadi.

Selain itu, terdapat miskonsepsi yang cukup besar pada objek wisata alam di kawasan konservasi. Banyak anggapan bahwa daerah konservasi hanya dapat digunakan untuk perlindungan serta pelestarian flora dan fauna. Namun, menjadikan kawasan konservasi untuk menjadi objek wisata bukanlah hal yang tidak baik. Dengan konservasi sebagai objek wisata, dana yang dimiliki untuk mengelola dan melestarikan daerah konservasi menjadi jauh lebih tinggi karena mendapat pemasukan yang lebih baik.


Terlebih lagi, kawasan konservasi memiliki pemandangan alam yang indah. Tentunya, aspek kebersihan, kelestarian, dan keamanan wajib menjadi fokus utama untuk menjaga kelestarian dan keasrian kawasan konservasi. Bukan hanya itu, Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata alam dari kawasan konservasi dan taman nasional.

“Indonesia memiliki 54 taman nasional, 118 taman wisata alam, 34 taman hutan raya, dan 7 taman nasional laut. Bahkan, beberapa taman nasional di Indonesia pernah meraih penghargaan,” ujar Ir. Hariyadi. Objek wisata yang berlokasi pada kawasan taman nasional dan konservasi juga dapat menjadi keunikan besar untuk pariwisata Indonesia.

Untuk menjaring target pasar pada sektor pariwisata, khususnya wisatawan mancanegara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia berencana untuk mengembangkan pariwisata alam di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan konsep High End Based Destination.

“Konsep ini bertujuan untuk memperoleh multiplier effect yang lebih tinggi dengan menawarkan pelayanan, kenyamanan, keamanan, dan kemewahan pada pengunjung dengan tetap mengedepankan faktor konservasi,” tegas Ir. Hariyadi. Konsep ini juga mengembangkan konektivitas berbagai lokasi yang ada di dalam klaster yang terbatas menjadi satu kesatuan destinasi dengan terciptanya kemudahan akses.

Maka dari itu, untuk menyukseskan pengembangan potensi wisata alam taman nasional dan konservasi serta menjaga kelestarian dari kawasan tersebut, ditetapkanlah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 Pasal 54 dan Pasal 55 tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Peraturan ini mencakup aturan tentang kerja sama usaha pariwisata alam seperti kerja sama teknis, pemasaran, permodalan, dan penggunaan sarana pariwisata alam.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)