Cerita 2 Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB Ikuti NUS Summer Science Institute 2024
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
JATINANGOR, itb.ac.id — Earron Keane Woen dan Aliyah Revitaningrum, dua mahasiswa Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2022, berkesempatan mengikuti National University of Singapore Summer Science Institute (NUS SSI) 2024. Program ini diselenggarakan oleh Fakultas Sains NUS pada 2 hingga 11 Juli 2024.
NUS SSI bertujuan mengumpulkan mahasiswa dari Asia Pasifik untuk belajar bersama-sama di bidang Sains, Teknologi, Teknik/Engineering, dan Matematika (STEM) dengan harapan dapat menjadi katalis bagi studi pascasarjana di bidang STEM. Selama program SSI, peserta mengikuti berbagai kegiatan menarik, antara lain plenary lectures dengan para profesor terkenal, diskusi dengan ilmuwan dan pendidik NUS, serta mengerjakan studi kasus di laboratorium.
Earron dan Aliyah memiliki motivasi yang berbeda ketika memutuskan mendaftar NUS SSI. Earron mendaftar karena program dan materi yang akan dibawakan sangat menarik, terutama kesempatan untuk berdiskusi dengan para ahli. Sementara itu, Aliyah tertarik setelah membaca keseluruhan program, terutama materi mengenai nature-based solutions for biodiversity and carbon conservation karena Aliyah ingin mengetahui cara menciptakan pertanian yang berkelanjutan dan solusinya untuk perubahan iklim.
Adapun, persiapan mereka mengikuti SSI dengan meminta surat rekomendasi dari dosen wali dan menulis esai mengenai alasan mengikuti kegiatan tersebut serta kontribusi yang akan diberikan.
Setelah mengikuti NUS SSI, mereka mengaku mendapatkan pandangan baru dari dosen yang melakukan penelitian di bidang-bidang yang relevan. Aliyah melihat kesempatan untuk memanfaatkan teknologi di NUS dan memperluas pengetahuan di bidang biologi dan teknologi lainnya. Earron juga bercerita bahwa dia dapat melihat bagaimana teknologi dapat diaplikasikan di bidang pertanian yang lebih berkelanjutan.
Earron dan Aliyah memiliki kesan pertama yang sangat positif selama berada di NUS. Mereka terkejut dengan perbedaan lingkungan dan fasilitas yang ada.
“Aku syok awalnya karena semua pengajar di NUS sekeren itu. Setiap mau belajar hal baru, bakal dijelasin latar belakang mengapa kita harus belajar itu, terus dijelasin juga pengaplikasiannya di dunia nyata itu bagaimana. Karena itu, jadi kebayang mau belajar apa dan cepat paham juga,” kata Aliyah.
“Profesornya juga humble semua dan mereka senang dengan kedatangan murid-murid baru. Jadi, kami juga enak buat bertanya-tanya dan mengajak diskusi,” ujar Earron.
Setelah mengikuti NUS SSI ini, mereka berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam studi dan penelitian mereka di masa depan, serta berkontribusi dalam menciptakan solusi berkelanjutan di bidang pertanian dan lingkungan.
Bagi mahasiswa lain yang tertarik mengikuti program serupa, Earron dan Aliyah menyarankan untuk tidak takut mencoba dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar sebanyak mungkin.
“Buat yang mau daftar di kesempatan berikutnya, jangan takut. Kita anak ITB secara knowledge lumayan terkenal gitu di kalangan Asia, jadi tidak perlu minder. Fokus explore ilmu dan nerworking sebanyak-banyaknya,” ujar Earron.
Reporter: Helga Evangelina (Rekayasa Pertanian, 2021)