Cerita dan Tips Faisal, Penerima Beasiswa IISMA ke Negeri Kincir Angin

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG,itb.ac.id – Mendapat kesempatan belajar di luar negeri menjadi impian bagi banyak mahasiswa. Salah satu mahasiswa yang berhasil mewujudkan impian tersebut adalah Faisal Anshory, Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika (GD’18) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Faisal adalah penerima beasiswa belajar di luar negeri melalui program International Student Mobility Awards (IISMA). Melalui program ini dia berkesempatan belajar di University of Twente, Enschede, Belanda. Faisal sudah berada di Belanda dari tanggal 1 September 2021 dan sudah kembali ke Indonesia pada tanggal 7 Februari 2022 kemarin. Program IISMA membiayai berbagai hal meliputi administrasi perkuliahan hingga biaya hidup. “Bersyukur sekali berkesempatan ikut program IISMA ini,” ujar Faisal.

Sebagai angkatan pertama yang mengikuti IISMA, Faisal mengaku cukup kesulitan dalam mempersiapkan berkas pendaftaran. “Salah satu tantangannya adalah tidak ada referensi kiat-kiat seperti menulis esai untuk proses seleksi, mengingat program ini baru dibuka tahun ini,” jelas Faisal. Adapun berkas yang harus disiapkan seperti surat rekomendasi dari universitas, sertifikat bahasa, transkrip nilai, dan esai motivasi.

Namun, karena keinginan yang kuat untuk belajar di luar negeri, hal tersebut tidak menghalangi jalannya. Selama proses tersebut, Faisal mempersiapkan keperluan dokumen dan berlatih wawancara dengan temannya yang mempunyai impian yang sama. Untungnya, dia dan temannya berhasil lolos program ini.

Faisal sendiri mengambil mata kuliah Sistem Informasi Geografis dan Earth-Observation selama kuliah di Negeri Oranye. Lingkungan belajar yang suportif sangat membuatnya nyaman selama merantau. Dia sendiri mengatakan bahwa dosen di sana sangat ramah. Kurikulumnya juga sangat menarik. “Jadi di akhir mata kuliah, kita itu bakal ditawarkan proyek dari berbagai dosen dengan beragam keahlian dan kita dapat memilih tugas yang dirasa sesuai dengan minat,” ungkap Faisal. Dia sendiri mendapatkan proyek terkait identifikasi bangunan otomatis dari citra satelit dan teori perancangan wilayah di kota-kota di Eropa.

Selain berfokus terhadap akademik, Faisal juga berkesempatan untuk mengunjungi negara Eropa lainnya. Beberapa negara Eropa yang sudah ia kunjungi seperti Italia, Swiss, Jerman, Vatikan, dll. Dari hal ini dia banyak belajar mengenai perbedaan budaya, kondisi geografis, dan lingkungan sosial antara Indonesia dan Eropa. Selama di Belanda, dia pernah berkunjung ke museum yang memuat sejarah masa kolonialisme di Indonesia. Jadi sejarah Indonesia-Belanda memang erat kaitannya.

Selama hidup di Belanda, beberapa culture shock ia temui seperti toko yang hanya buka dari jam 12 siang sampai jam 5 sore. Selain itu, dia terkejut karena budaya bersepeda yang sangat populer sampai-sampai parkiran toko dan kampus dipenuhi oleh sepeda. Sebagai orang yang berasal dari iklim tropis, dia harus berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan suhu di sana yang lebih dingin.

Di akhir wawancara Faisal menyarankan agar mempersiapkan segala berkas dengan sebaik-baiknya. Agar persiapannya baik, mulailah dengan mengenal diri sendiri. “Dengan mengenali diri sendiri, kita akan sangat terbantu dalam menulis esai motivasi dan tes wawancara,” ujar Faisal. Jadi kenali diri sendiri dan maksimalkan potensi. Dia juga menyarankan agar saling memotivasi sesama teman yang juga ikut mendaftar.

Selain itu, dia dengan tegas menyarankan agar tidak asal-asalan dalam memilih universitas tujuan. “Sesuaikan dengan kapasitas diri dan pilih universitas yang cocok sesuai sama minat kita, jangan memilih universitas ranking tinggi hanya karena gengsi atau yang rendah asal diterima,” pesan Faisal mengakhiri sesi wawancara tersebut.

Reporter: Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)