Chairul Tanjung Berbagi Pengalaman di Studium General Entrepreneurship ITB
Oleh Ahmad Fadil
Editor Ahmad Fadil
BANDUNG, itb.ac.id - Menuju 100 tahun Perguruan Tinggi Teknik Indonesia (PTTI), Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki sejumlah rangkaian kegiatan diantaranya berupa konferensi internasional, sarasehan, pagelaran pameran karya dan inovasi, dan kegiatan-kegiatan rutin seperti kuliah umum dan Studium Generale yang akan menggaungkan nama ITB sebagai perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia yang membawa visi Entrepreneurial University. Salah satu kegiatan yang baru saja dilaksanakan pada hari Sabtu (21/04/18), adalah Studium Generale yang mengangkat tema “Entrepreneurship”.
Bertempat di Aulia Timur ITB, SG ini dibawakan oleh Chairul Tanjung, salah seorang pengusaha ternama yang sukses di Indonesia. Sosok Chairul Tanjung atau disingkat CT ini, juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Menteri Kehutanan, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Tema “entrepreneurship” yang dibawakan CT, selaras dengan visi ITB yang telah mengalami perubahan dari universitas berbasis riset menjadi Entrepreneurial University. Hal ini pula yang disebut Bapak Chairul Tanjung sebagai awal yang baik, karena sejatinya riset dan pengetahuan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya skill Entrepreneur. “ITB ini mencuri start, Entrepreneur menjadi bagian yang sangat penting selain riset dan pengetahuan,” ujarnya.
Studium Generale dibuka oleh pidato singkat Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi yang dengan hangat menyambut kedatangan Chairul Tanjung di ITB. Prof. Kadarsah Suryadi menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Chairul Tanjung yang dapat menyempatkan waktunya untuk berkunjung dan berbagi ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa ITB. Beliau juga menyampaikan harapannya agar kuliah umum tersebut dapat mendukung visi ITB menghasilkan lulusan entrepreneur yang dapat bermanfaat bagi negara dan sesama.
Diawal perkuliahan, diputar film berdurasi pendek untuk mengenal sosok Chairul Tanjung, tentang perjuangan beliau di masa mudanya, dan bagaimana ia berusaha merubah nasib keluarganya. Berbicara tentang masa lalunya, beliau kemudian bercerita tentang berubahnya era zaman dahulu dengan era masa kini. “adik-adikku, anak-anakku sekalian, kalau sekitar 40 tahun yang lalu, tahun ‘81 itu tragedi di Unviersitas Indonesia itu i’m one and the only yang jadi pengusaha di kampus, jadi pengusaha pada waktu itu nggak ada saingannya, karena waktu itu yang namanya pengusaha atau entrepreneur itu bukan merupakan profesi yang membanggakan.” Hal tersebut lalu ia bandingkan dengan kondisi sekarang yang sudah berubah, “saat ini kewirausahaan itu telah berkembang sedemikian pesat”.
Beliau memaparkan bahwa di era sekarang, kegiatan perkenomian sedang dipegang oleh “generasi X” yang merupakan kelompok generasi dengan rentang usia 25-45 tahun. Tetapi diramalkan 10 sampai 20 tahun kedepan, roda perkenomian akan jatuh ke generasi millennial yaitu generasi yang tumbuh dimana teknologi berkembang dengan pesat dan mudahnya akses informasi. Generasi millenial yang berperilaku lebih konsumtif harus diwaspadai dan juga dibarengi pertumbuhan entrepreneur di Indonesia. Perkembangan teknologi yang mengarah pada mekanisasi perkerjaan akan membuat ribuan perkerjaan manusia tergantikan oleh mesin, maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat menciptakan ribuan perkerjaan lainnya lewat entrepreneurship.
Menciptakan Entrepreneur
Menurut CT, entrepreneur itu dapat dilahirkan maupun diciptakan. Beliau bercerita tentang bagaimana ia ‘diciptakan’ sebagai seorang entrepreneur setelah merasa bertanggung jawab terhadap kondisi keuangan keluarganya. Ia juga menambahkan bahwa menjadi entrepreneur itu adalah tentang bagaimana seorang individu dapat membaca peluang yang ada.
”Semua orang bisa jadi pengusaha. Caranya bagaimana? Caranya, satu, Bisa membaca peluang, kalau ada peluang, dilihat, dibaca, ditangkap peluang. Itulah dasarnya entrepreneurship,” lalu ia menambahkan, “kalau tidak ada peluangnya, ciptakan”. Bapak Chairul Tanjung lalu menegaskan bahwa usaha tidak harus didasari dari sesuatu yang disukai atau sesuai dengan latar belakang pendidikan, ia pun memberikan contoh dirinya yang memiliki latar belakang pendidikan kedokteran gigi.
“Semua orang punya hak untuk menjadi pengusaha, dan semua orang berkesempatan untuk sukses menjadi pengusaha,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa semua orang dapat memulai menjadi pengusaha tanpa butuh adanya modal. “Uang bukanlah modal utama menjadi seorang pengusaha, entrepreneurship hanya butuh tiga hal, yaitu finansial, jejaring soasial dan sumber daya manusia yang baik, pengusaha juga harus terbiasa dengen jatuh bangun. Jadi tidak ada yang namanya jadi pengusaha itu harus modal uang“.
Beliau meneruskan, “seorang entrepreneur harusnya seseorang yang dicintai. Kalo dia tidak dicintai, dia tidak akan menjadi entrepeneurship sejati, bagaimana orang yang tidak dicintai bisa berdagang? Jadi jika anda ingin menjadi entrepreneur, jadilah entrepreneur yang baik. Yang kedua jika berpendidikan syukur alhamdulillah, karena ada knowledgenya, ada cara pikirnya, tapi tidak harus banyak, orang yang bependidikan itu. intelegensia itu penting, walaupun anda tidak berpendidikan, anda harus pintar, kalau tidak pintar tidak bisa jadi pengusaha. Lalu pengalaman, pengalaman ini adalah ilmu, guru yang tidak ada tandingannya. Jadi ini semua terakumulasi menjadi modal,” kata dia.
Di akhir perkuliahan, Chairul Tanjung memaparkan apa yang beliau sebut sebagai “CT Ways”, yaitu jalan yang ia tempuh untuk menjadi entrepreneur yang sukses. "Mulailah usaha dengan niat yang baik, baca dan tangkap peluang, uang bukanlah modal utama, buy the future with the present value, jadikan kegagalan sahabat terbaik, kerja keras dan pantang menyerah, intuisi adalah sesuatu yang rasional, ambil keputusan cari solusi dan bukan masalah, pragmatis dan idealis bukanlah minyak dan air, dan tips terakhir carilah keberkahan Tuhan,” pungkasnya berbagai tips kewirausahaan.
Diantaranya yang beliau tekankan adalah untuk “buy future with the present value” yaitu bisa membaca kebutuhan di masa depan yang bisa dikembangkan dari saat ini, dan untuk selalu bekerja lebih keras agar dapat mencapai hasil yang lebih dari cukup. Terakhir beliau berpesan agar mahasiswa dapat memulai usaha dengan niat yang baik.
Penulis: Shafire Erdia Anjani (TPB FSRD 2017)