Seminar Wirausaha GEN-E : Entrepreneur, SolusiKarier di MasaDepan

Oleh kikywikantari

Editor kikywikantari

BANDUNG - itb.ac.id, "Dengan menjadi entrepreneur yang bisa membangun diri sendiri, ke depan tidak ada lagi  satu pekerjaan yang diperebutkan 20.000 orang." Hal ini disampaikan oleh Presiden Indonesian Islamic Business forum  Ir. H. Heppy Trenggono M. Komp. pada acara Generation Entrepreneur (GEN-E) sesi ketiga di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Rabu (17/03/10).

GEN-E merupakan seminar wirausaha yang diselenggarakan oleh Departemen Ekonomi Keluarga Mahasiswa ITB bekerja sama dengan IIBF, BALIMUDA Group, GAMAIS, dan KOKESMA ITB. Seminar yang terbuka untuk umum ini bertujuan mewacanakan entrepreneur di dunia kampus dan menumbuhkan mental entrepreunership.  Dalam acara ini, mahasiswa tidak hanya diajak menjadi seorang entrepreuneur setelah lulus tapi juga membawa jiwa-jiwa entrepreneurship pada profesi mereka nantinya.

"Mental Entrepreneurship adalah mentalitas ketika melihat suatu profesi atau potensi yang bisa kita kembangkan lebih lanjut," ujar Menteri Koordintor Pengembangan Kemahasiswaan KM ITB Ikhwan Adam dalam konferensi pers Rabu kemarin.

Menumbuhkan mental entrepreneurship

Heppy Trenggono yang hadir sebagai pembicara utama GEN-E mendefinisikan entrepreneurship sebagai sebagai sikap mental untuk mau melakukan hal yang tidak dilakukan oleh orang lain. Dengan begitu, para entrepreneur bisa menikmati apa yang tidak dinikmati oleh orang lain. "Sikap ini tidak hanya untuk pengusaha, tapi juga untuk semua kalangan dan profesi. Pemimpin, pejabat, masyarakat, mahasiswa, semuanya perlu mental entrepreneurship," ujar Heppy.

Di hadapan 1200 peserta seminar, ia menjelaskan bahwa confidence dan competent adalah dua hal yang bisa membuat seseorang bisa berhasil. "Tidak ada langkah yang sia-sia. Langkah yang baik akan memberikan hasil yang baik," ujar Heppy memotivasi.

Lebih lanjut, Ia menekankan tentang perlunya 'Ask' (meminta) dalam jiwa entrepreneurship. "Ketika melakukan 'ask' kita punya kemungkinan diterima 50%. Tidak perlu takut ditolak, karena tidak ada yang hilang kalau kita ditolak, nothing to lose," argumen dia.

Beberapa hal yang perlu diterapkan dalam melakukan ask menurut Happy:

  • Sikap
  • Asumsikan orang yang diminta akan menjawab "Ya"
  • Minta pada orang yang bisa memberikan
  • Jelas dan spesifik
  • Lakukan secara berulang

Heppy menegaskan bahwa 'ask' berbeda dengan mengemis. "Kita meminta ketika kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan," ujarnya.

Turun ke jalan

Yang membuat seminar ini berbeda dengan seminar entrepreneurship lainnya adalah, pada acara ini peserta dituntut untuk turun langsung ke jalan menjadi seorang entrepreneur. Peserta menerima sebuah produk untuk dijual dalam waktu satu jam. Keuntungan penjualan untuk mereka sendiri. "Jualan kilat" ini diselenggarakan pada hari pertama seminar, Selasa (16/03/10) malam.

"Jualan adalah bentuk dasar dari entrepreneurship," seperti yang ditulis Heppy dalam press releasenya.

Acara ini cukup sukses memotivasi pesertanya untuk memiliki mental entrepreneur. Bagi Fendy, misalnya. Mahasiswa Universitas Komputer (Unikom) Bandung ini mengaku cukup termotivasi setelah mengikuti acara ini.

"Acaranya menarik. Saya menjadi termotivasi dan tahu bagaimana cara berbisnis yang baik," aku dia.

 [Nofri Andis]