Dibalik Keindahan Taman TOKA
Oleh Amelia Rahma Faustina
Editor Amelia Rahma Faustina
Perawatan Taman TOKA
Berbagai jenis tanaman terdapat disana, diantaranya pohon cempaka, kenanga, kayu putih, pegagan, lavender, saga manis, cocor bebek, dan lain-lain. Atep dan dua petugas bimbingannya bertugas menyirami tanaman-tanaman tersebut setiap hari. Jika keadaan taman sedang kurang baik, misalnya tanah terlalu kering atau banyak hama ulat yang muncul, Atep melakukan perawatan khusus dua kali seminggu. Perawatan yang Atep lakukan seperti penggemburan dan penyemprotan cairan khusus untuk membasmi hama.
Perawatan khusus seperti penyemprotan hama hanya dapat efektif jika takaran cairan yang digunakan pas. Jika takarannya kurang, hama tidak akan mati. Namun, jika takaran berlebih maka tanaman akan menjadi kering. Pada musim hujan, intensitas pemberian cairan pembasmi hama meningkat karena pada musim inilah hama seperti ulat muncul.
Ada tanaman yang menurut Atep paling susah dirawat, tidak seperti tanaman yang lainnya. Tanaman ini bernama Daun Ungu atau Graptophyllum pictum yang berkhasiat menyembuhkan wasir dan bisul. Setiap tumbuh daun baru, ulat akan muncul dan menggerogoti daun lama. Untuk itu, Atep mencurahkan perhatian ekstra pada tanaman tersebut.
Selama ini, belum pernah ada tanaman yang rusak parah hingga mati. Jika ada tanaman yang terlihat tidak sehat, tanaman tersebut diangkat dan dirawat untuk sementara waktu di Green House. Jika sudah sehat, tanaman dikembalikan ke taman.
Pengembangan TOKA
Saat ini, Taman TOKA sudah menghasilkan bibit-bibit yang telah ditanam di beberapa titik di dalam kampus ITB. Dua titik yang telah ditanami bibit adalah taman belakang Kantin Bengkok dan taman di Gedung Program Studi Teknik Industri (TI). Jenis bibit yang telah tertanam di taman belakang Kantin Bengkok adalah agape, cocor bebek, kriminil, dan bunga kucir. Sedangkan di taman TI baru tertanam bunga kucir saja. Selanjutnya akan semakin banyak lagi tanaman hasil pembibitan taman TOKA yang akan disebar ke penjuru kampus ITB untuk mewujudkan green campus.
"Merawat tanaman itu harus menggunakan hati nurani dan keikhlasan. Sama seperti merawat diri, kalau mengerjakannya dengan tidak ikhlas maka pertumbuhan akan tidak bagus," ujar Atep. Keindahan taman kampus bukan hanya bergantung pada Atep saja, namun juga pada warga kampus. Ikut berjasa dalam mewujudkan green campus dapat dimulai dengan tidak menginjak rumput dan memetik bunga sembarangan, seperti yang dapat diteladani dari Atep.