Diklat PROKM 2009: Taplok Belajar Memaknai Hidup

Oleh kikywikantari

Editor kikywikantari

BANDUNG, itb.ac.id - Pengenalan Ruang dan Orientasi Keluarga Mahasiswa (PROKM) ITB 2009 yang diadakan untuk menyambut mahasiswa angkatan 2009 yang akan memulai tingkat pertamanya di ITB, dipersiapkan sedemikian matang oleh panitia-panitia yang berada di bawah pengawasan Keluarga Mahasiswa (KM) ITB. Berbagai macam pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk tiap divisi lapangan yang akan bertugas, telah dimulai sejak awal bulan Juli dan akan berakhir pada bulan Agustus 2009.
Divisi lapangan yang tercakup di dalamnya, antara lain: Tata Tertib Kelompok (Taplok), Keamanan, dan Medik. Diklat yang dilakukan berupa pendidikan materi dan praktek di lapangan dengan pendiklat berasal dari panitia-panitia INKM (Inisiasi Keluarga Mahasiswa) 2008 yang merupakan penyambutan mahasiswa baru ITB angkatan 2008.

Masing-masing divisi memiliki metode diklat yang berbeda-beda, contohnya: divisi taplok yang memulai diklatnya dengan mengolah rasa pribadi masing-masing taplok. Mereka dilatih untuk dapat mengemukakan pandangan dan pendapat mereka dengan membuat esai-esai yang dipublikasikan di dalam blog pribadi mereka. Sebelumnya, tiap taplok dianjurkan untuk memiliki blog pribadi, untuk memudahkan para pendiklat melihat perkembangan pola pemikiran dan pendapat mereka di tiap esai.

"Apakah perlu memaknai hidup? Jika perlu, bagaimana cara kita memaknai hidup tersebut dan jelaskan caranya", begitulah salah satu contoh pertanyaan esai yang diajukan oleh para pendiklat taplok untuk dijawab oleh para taplok. Melalui beberapa esai yang sudah terpublikasikan di blog pribadi, Adhamaski Pangeran (Pl'08) mengatakan, "Yang penting dari kehidupan adalah proses, bukan hasil akhirnya. Jadi memaknai hidup akan begitu indah ketika prosesnya indah", kemudian ia memberi contoh nyata berupa kisah orang terkenal "Thomas Alva Edison, penemu lampu yang pertama dan Mark Zuckerberg, pendiri dan pengembang situs facebook, adalah orang-orang yang menjalani rintangan terselit di sekolahnya masing-masing. Thomas Alva Edison dikatakan gurunya sebagai anak bodoh yang akhirnya dikeluarkan dari sekolahnya dan diajar oleh ibunya, dan Mark Zuckerberg adalah hasil drop out dari Universitas Harvard. Mereka berdua melewati masa-masa sulitnya di sekolah dan berhasil menjadi manusia yang berguna untuk orang banyak. Bayangkan ketika tidak ada lampu pada saat ini dan tidak ada situs pertemanan yang dapat menghubungkan manusia dengan manusia di belahan bumi manapun." Melalui kisah itu, ia menarik kesimpulan bahwa rintangan, cobaan, ujian, dan musibah dalam proses kehidupan manusia tentunya mengandung makna. Manusia hebat berasal dari proses yang hebat", begitulah pendapatnya mengenai makna hidup.

Lain halnya dengan Laksito, sebelumnya ia bertanya kembali pada dirinya, "Mengapa hidup perlu dimaknai?", kemudian ia menjawab, " Agar seluruh aspek kehidupan yang kita lakukan tidak menjadi sia-sia. Saya berprinsip bahwa hidup itu punya tujuan, dan tujuan itu tidak akan pernah tercapai bila kita tak pernah memaknai hidup." Kemudian, ia mengatakan bahwa, seseorang dikatakan memaknai hidup ketika dia melakukan hal berikut: belajar dari masa lalunya dan mengkreasikannya untuk kepentingan masa depan, mampu memetik pelajaran berharga dari peristiwa apapun yang terjadi di sekitar kehidupannya, mencanangkan tujuan hidupnya dengan jelas dan berusaha dengan keras dalam mencapainya, segala tindak-tanduknya menunjukkan sifat-sifat yang telah disebutkan".

Melalui blog-blog tersebut dapat dilihat pandangan kritis mahasiswa yang dapat mempengaruhi jalan hidupnya. PROKM 2009 tidak hanya mencerdaskan mahasiswa-mahasiswa baru yang akan memulai pendidikannya di ITB, namun juga panitia-panitia pelaksananya. Diharapkan agar PROKM 2009 dapat membawa manfaat bagi mahasiswa baru agar lebih mengetahui peran, fungsi, dan posisi mahasiswa yang seharusnya dan mampu membuka pandangan dan wawasan kemahasiswaan terhadap krisis-krisis yang ada di sekitarnya.