Diskusi MLI Februari 2016: Membangkitkan Kalender Sunda dan Harmoni Kehidupan
Oleh Abdiel Jeremi W
Editor Abdiel Jeremi W
Hasil Penelitian Delapan Tahun Abah Ali
Diskusi dibuka dengan sambutan oleh Prof. Dr. Suhardja D. Wiramihardja, Guru Besar Astronomi ITB. Lalu, pemaparan dilanjutkan oleh anggota-anggota Tim Kalender Sunda, salah satunya Miranda H. Wihardja. Kalender Sunda yang telah ada sejak ribuan tahun lalu sempat terkubur oleh sistem-sistem kalender yang kini dipakai. Namun, penelitian Ali Sastramidjaja berhasil membangkitkan kalender Sunda, yang kini tercatat dalam buku Kalangider. Penelitian yang dilakukan pada 1983 hingga 1991 ini mendapat data dari berbagai sumber, yakni kakek dari Abah Ali - panggilan Ali Sastramidjaja, suku Baduy, sesepuh Sunda di tatar Sunda, dan prasasti Sanghyang Tapak, yang menjadi dasar penelitian. Selain itu, studi pustaka juga dilakukan dengan mempelajari "Primbon AJI CAKA" dan "Perbandingan Tarich" dari Museum Negeri Jawa Barat, "The Calendar" dari Kedutaan India di Jakarta, serta "TJIDSCHRIFT voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde" dari Observatorium Bosscha, Lembang. Dengan sembilan komputer, akhirnya dua jenis kalender berhasil dipatenkan pada 1991.
Secara astronomis, kalender Caka Sunda adalah kalender Lunar, yaitu kalender yang berbasis pada revolusi Bulan terhadap Bumi. Dalam kalender ini, waktu dalam satu bulan dibagi menjadi dua periode, yakni Suklapaksa dan Kresnapaksa, yang bisa diterjemahkan menjadi periode gelap dan periode terang. Fase purnama dan bulan mati pada kalender Caka selalu terletak pada tanggal 8 setiap bulan dan penanggalan setiap bulan hanya sampai tanggal 14 atau 15. Berdasarkan ilmu Astronomi, hal ini menandakan tanggal 1 pada kalender Caka terjadi pada fase Bulan setengah, yakni pada kuarter pertama dan kuarter ketiga dalam revolusinya. Dalam diskusi ini, Teh Mira - sapaan Miranda H. Mihardja - juga mengungkapkan bahwa ada siklus alami di tanah Sunda dan siklus itulah yang melatarbelakangi disusunnya kalender Sunda.
"Alam memiliki siklus tertentu, seperti saat yang tepat untuk menanam padi. Kalender Sunda disusun oleh orang-orang tua untuk memberikan petunjuk mengenai siklus alam. Oleh karena itu, ada arti-arti tertentu di tiap penamaan satuan waktu," tutur Teh Mira. Dengan keinginan untuk mengajak para peserta untuk kembali menggali nilai-nilai warisan leluhur di bumi Nusantara, Tim Kalender Sunda membagikan kalender Sunda tahun Caka 1952. "MLI mengadakan diskusi semacam ini setiap bulan sekali dengan tema yang mengalir, namun tetap berkaitan," ujar Prof. Dr. Hendra Gunawan dari Matematika ITB, ketika ditanya mengenai aktivitas Moedomo Learning Initiatives dimana beliau terlibat aktif.