Dorong Inovasi dan Kolaborasi Riset, ITB Buka Program Magister Berbasis Riset
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Institut Teknologi Bandung (ITB) membuka penerimaan program pascasarjana tingkat magister melalui jalur Magister Berbasis Riset (MBR) atau Master by Research (MBR). Program ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan seraya fokus dalam melakukan riset secara mandiri. Program ini bertujuan untuk mendukung lembaga penelitian dan industri agar dapat mengikuti perkembangan riset, sesuai dengan kepakaran yang dimiliki oleh ITB.
Program ini semakin memantapkan posisi ITB sebagai universitas riset sekaligus bentuk kontribusi perguruan tinggi teknik di Indonesia terhadap produk riset di pusat-pusat penelitian lembaga pemerintahan, swasta, maupun industri. “Sesuai dengan kapasitas dan keunggulan yang ada, kami ingin berkontribusi lebih jauh bersama para pemangku kepentingan, terutama pusat-pusat penelitian di lembaga pemerintah dan swasta, maupun sektor industri. Melalui program ini diharapkan kolaborasi riset bisa berjalan,” kata Dekan Pascasarjana ITB Prof. Dr. Suprijadi, M.Eng., di Bandung, Jumat (26/2/2021).
Program MBR ini, menurut Prof. Suprijadi ditujukan untuk para peneliti di lembaga penelitian pemerintah, swasta, maupun industri yang mempunyai komitmen tinggi terhadap penelitian. “Peneliti maupun lembaga penelitian dan bidang penelitian di sektor industri didorong untuk mengembangkan riset yang kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan spesifik yang mungkin berbeda,” lanjut Prof. Suprijadi.
Salah satu keunggulan program MBR ini, yaitu peserta bisa menempuh pendidikan lanjutan tanpa harus meninggalkan pekerjaannya. “Program ini juga cocok bagi mereka yang ingin fokus pada kerja riset secara mandiri,” kata Prof. Suprijadi.
Mengenai calon mahasiswa yang diharapkan mengikuti program MBR, Prof. Suprijadi menekankan pada pengalaman penelitian. “Program ini menjadikan pengalaman penelitian sebagai syarat mutlak. Sudah punya pengalaman saat S1 atau setelah lulus S1. Misalnya orang-orang yang bekerja di lembaga penelitian atau instansi yang memiliki lembaga penelitian, atau juga peneliti yang sudah mempunyai publikasi ilmiah,” paparnya.
Prof. Suprijadi menjelaskan, calon mahasiswa program MBR terdiri dari dua kategori, pertama yaitu calon mahasiswa yang bekerja di lembaga penelitian atau perusahaan yang memiliki lembaga riset. Jika sudah dinyatakan diterima, maka mereka bisa melakukan penelitian sesuai dengan riset yang sedang dikerjakan di tempat kerjanya.
Kategori kedua untuk calon mahasiswa yang merupakan lulusan sarjana ITB dengan prestasi akademik dan mempunyai hasil penelitian yang sudah diakui, misalnya sudah diterbitkan di jurnal ilmiah. "Mereka bisa langsung melanjutkan S2 di ITB dengan program MBR ini," kata Prof. Suprijadi.
Calon mahasiswa dari kedua kategori itu harus mendapatkan persetujuan dari calon pembimbing yang akan mendampingi selama dua tahun menempuh masa studi dan tidak diperkenankan mengganti dosen pembimbing di tengah jalan. "Jadi kalau sudah disetujui calon pembimbing baru bisa masuk MBR," kata Suprijadi. Dengan demikian diharapkan penelitian dapat langsung dimulai begitu diterima dalam program ini.
Hal ini yang menjadi perbedaan mendasar antara Program MBR dengan reguler. Pada program reguler, mahasiswa diperkenankan untuk mencari pembimbing penelitian setelah memasuki program pascasarjana. Meskipun demikian, matakuliah yang bersifat wajib tetap harus diikuti, untuk menjamin program learning outcome tetap terjaga.
Rencananya, program MBR akan dimulai pada semester yang akan datang dan pendaftaran akan dibuka sekitar Maret hingga April 2021. Suprijadi mengatakan, program MBR ini belum dibuka di semua program studi. Program studi yang akan menerima mahasiswa baru jalur MBR ini akan diumumkan saat pendaftaran program.